Coaching merupakan proses kolaborasi
yang fokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran
diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee. Coaching merupakan salah satu
metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya
berpusat pada murid. Dengan metode ini, guru dapat mendorong murid untuk
menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan berpikir kreatif. Dalam
coaching ini ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid
sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa
hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Dalam proses coaching guru sebagai pamong
mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi yang
dimiliki murid dengan tidak memberikan solusi akan tetapi mengarahkan mencari
solusi.
Hal ini sejalan dengan pemikiran sang
Maestro Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana menurutnya
pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah perilaku
murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian
dari masyarakat.
Peran Guru sebagai coaching hendaknya
tidak mengajarkan atau menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran
atau solusi secara langsung. Guru membantu murid untuk belajar dan bertumbuh.
Bagaimana caranya? yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan
sembarang pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu kesadaran
diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa
percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati, dengan
demikian diharapkan guru dapat menuntun murid untuk menemukan solusi di setiap
permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya.
Sistem Among yang dianut Ki Hajar
Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan
melainkan sebagai mitra murid untuk melejitkan potensi yang mereka miliki, apa
yang dilakukan?, salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi
ke dalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat,
profil dan kesiapan belajar murid, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir
kebutuhan individu murid, dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan bahwa
guru adalah petani, dan murid adalah tanaman dan setiap individu adalah tanaman
yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda
perlakuan terhadap tanaman jagung yang justru membutuhkan tempat yang kering
untuk tumbuh dengan baik.
Selain itu pendekatan sosial dan emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan. Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, murid akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.
0 Comments:
Posting Komentar