Seputar Pembelajaran Matematika dan Pemanfaatan IT

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Tempat Belajar Matematika dan Teknologi Informasi.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Berbagi Tentang Program Pendidikan Guru Penggerak.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Pemanfaatan Website Rumah Belajar Kemdikbudristek untuk Pembelajaran Inovatif.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Tutorial Aplikasi Google, Microsoft, dan Video Pembelajaran ada disini.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Laporan Penelitian, PTK, R n D, Best Practice, Jurnal, dan Prosiding.

Sabtu, 26 Februari 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-12 Calon Guru Penggerak

 


Perjalanan Pendidikan Guru Pengerak Angkatan 4 telah mencapai minggu ke-12. Banyak pengalaman belajar yang sudah diperoleh, namun masih banyak pula yang perlu dipelajari. 

Berikut ini saya bagikan jurnal refleksi minggu ke-12 yang saya susun menggunakan Teknik 6 Topi 
⟮Six Thinking Hats⟯.
Model Six Thinking Hats diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam. Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah:


Salam Bahagia
Semoga Bermanfaat
Share:

Selasa, 22 Februari 2022

Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Berdiferensiasi


Setiap anak merupakan suatu pribadi yang unik berdasarkan karakteristiknya yang  terlahir dengan kodrat alam dan kodrat zamannya, guru hanya dapat menuntun lakunya, bukan kodratnya. Oleh sebab itu sebagai guru, kita berkewajiban memastikan bahwa setiap murid mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik sesuai kebutuhan belajarnya.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis oleh guru agar mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan murid yang berbeda di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Sebagai guru, tentunya dipahami bahwa jumlah murid yang diajar di dalam kelas memiliki keberagaman tersendiri karena sejatinya setiap murid memiliki keunikannya masing-masing. Dengan keunikan tersebut, guru sebagai pendidik bertindak sebagai fasilitator dalam memberi pemahaman materi ajar kepada murid dan memfasilitasi agar semua murid mampu memproses ide atau informasi yang diperolehnya serta mampu mengembangkan suatu produk sesuai dengan kemampuan muridnya masing-masing. Untuk itu, pada pembelajaran berdiferensiasi, perlu persiapan atau strategi pembelajaran yang tepat dari guru baik meliputi diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk dengan mengacu pada aspek pemetaan kebutuhan belajar murid.

Dasar pemetaan kebutuhan belajar murid dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi meliputi tiga hal, yaitu:

  • Kesiapan Belajar Murid
Sebelum murid mempelajari materi atau topik, guru perlu memetakan kebutuhan murid. Dalam hal ini, guru harus mendiagnosa kesiapan belajar murid. Misalnya, pada diferensiasi konten, ada murid yang sudah siap mempelajari materi yang di dalamnya terdapat masalah berupa tantangan atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (KBTT). Ada juga murid yang mungkin masih perlu mempelajari hal-hal yang mendasar dalam memahami materi. Tentunya, perbedaan kognitif dari murid ini membuat guru mempersiapkan bahan ajar, cara atau strategi yang dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut dalam pembelajaran. Jumlah bantuan atau dukungan yang diberikan guru kepada murid menyesuaikan dengan tingkat kesiapan belajar murid itu sendiri.
  • Minat Belajar Murid
Hal penting yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru perlu memetakan murid berdasarkan minat belajarnya. Sebagai contoh, ada murid yang senang belajar seni, olah raga, sains atau bidang-bidang tertentu. Dalam hal ini, guru harus siap untuk memfasilitasi kebutuhan murid tersebut. Guru dapat memberikan pilihan kepada muridnya untuk belajar sesuai dengan minatnya, misalnya dalam menghasilkan produk. Dalam diferensiasi produk, murid menghasilkan produk sebagai bentuk pencapaian tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat belajar murid masing-masing. Murid diberikan kebebasan dalam belajar. Murid bebas menghasilkan produk baik berupa teks atau tulisan seperti artikel, narasi, karangan atau bentuk produk lain yang sesuai minat belajarnya seperti audio, video, poster, mind mapping dan lainnya baik secara individu maupun secara berkelompok selama produk tersebut merujuk pada indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan. 

  • Profil Belajar Murid
Pemetaan kebutuhan murid berdasarkan profil belajar murid lebih kepada bagaimana murid belajar sesuai dengan gaya belajarnya yang beragam atau bervariasi. Misalnya pada diferensiasi proses, untuk murid yang memiliki gaya belajar visual maka pada proses pembelajaran guru dapat memberikan materi dengan menggunakan media berupa gambar-gambar, tampilan slide power point, grafik dan sebagainya yang membantu murid dalam belajar dan mengaitkan konsep satu dengan yang lainnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Demikian pula, untuk murid yang memiliki gaya belajar auditori maka guru dapat memberikan materi menggunakan atau diiringi dengan audio musik.

Dengan ketiga dasar pemetaan tersebut, guru akan mampu merancang pembelajaran berdiferensiasi dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, yaitu mampu mengakomodasi segala perbedaan dari murid, apa yang dibutuhkan oleh murid dalam belajar dan apa yang dapat dilakukan oleh murid terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya serta bagaimana guru dapat merespon seluruh kebutuhan belajar murid yang berbeda tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti bahwa guru harus melakukan kegiatan yang berbeda dalam membuat perencanaan pembelajaran atau menyusun beberapa perencanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Namun, dalam melakukan praktek pembelajaran berdiferensiasi tentunya harus dilakukan secara efektif dan efisien, mempertimbangkan moda, usaha dan waktu yang digunakan.

Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dengan efektif dan efisien juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sebagai guru, tentu memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan suasana lingkungan belajar yang memungkinkan murid untuk berada dalam kondisi jauh dari rasa takut, berani dan tampil percaya diri dalam mengungkapkan ide atau pendapat, senang dalam berkolaborasi, berpartisipasi aktif dalam diskusi, menyukai tantangan atau hal-hal baru sehingga murid mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Dalam hal ini, berbagai strategi dilakukan oleh guru terhadap konten, proses dan produk dalam pembelajaran berdiferensiasi untuk menumbuhkan motivasi murid agar menjadi pembelajar sepanjang hayat. Demikian pula, umpan balik, evaluasi dan refleksi secara berkesinambungan juga terus dilakukan agar guru pun menjadi pembelajar sepanjang hayat. Jika pembelajaran berdiferensiasi ini dilakukan dengan efektif dan efisien maka semua murid akan merasa aman dan nyaman dalam belajar serta pemenuhan kebutuhan murid dapat terwujud. Tidak akan ada murid yang merasa diistimewakan atau sebaliknya. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini juga akan memberikan kemudahan bagi guru dalam melakukan pemetaan dan mengakomodasi seluruh kebutuhan murid untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman yang selalu berubah.

Dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, assessment, dan rencana tindak lanjut dalam pembelajaran berdiferensiasi, dibutuhkan implementasi nilai dan peran guru penggerak yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid maupun pembelajaran yang selalu mempertimbangkan kebutuhan belajar murid itu semua terjawab dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Share:

Sabtu, 19 Februari 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-11 Calon Guru Penggerak

19 Februari 2022

Jurnal Refleksi kali ini menggunakan model 4F ⟮Facts, Feelings, Findings, Future).

Facts

Kegiatan pembelajaran minggu ini diawali dengan ruang kolaborasi, yaitu presentasi hasil kerja kelompok. Dalam kegiatan ini, saya bisa berinteraksi dengan rekan CGP lain, berbagi mengenai RPP berdiferensiasi yang telah kami susun, dan saling memberi penguatan. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan refleksi terbimbing, yaitu menuliskan hal-hal yang dirasa sulit dan dukungan yang dibutuhkan jika harus menerapkan hal sulit tersebut. Pembelajaran selanjutnya adalah demonstrasi kontekstual, yaitu menyusun RPP berdiferensiasi sesuai mata pelajaran yang diajar. Ini adalah penerapan dari konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu melakukan analisis kebutuhan belajar murid dengan melakukan analisis kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid, serta tiga strategi diferensiasi. Secara umum, pembelajaran minggu ini memberikan saya pemahaman dan pengalaman dalam menyusun RPP untuk mengakomodasi kebutuhan belajar murid. Dalam menyusun RPP berdiferensiasi, awalnya saya mengalami kendala dalam menetapkan strategi yang digunakan. Dengan masukan rekan CGP dan bimbingan dari fasilitator, saya bisa menyelesaikan satu RPP berdiferensiasi yang akan saya terapkan dalam pembelajaran.

Feelings

Selama pembelajaran berlangsung, saya merasa bersemangat dan antusias mengikuti setiap sesi. Perasaan semangat muncul karena saya ingin tahu lebih mendalam tentang pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini membuat saya antusias mengikuti pembelajaran pada tiap sesi. Saya tertarik untuk menganalisis kebutuhan belajar murid, menetapkan strategi diferensiasi, dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Saya merasa bersyukur karena telah sampai pada pembelajaran ini.

Findings

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan hal baru bagi saya. Pembelajaran yang saya ikuti memberikan banyak pengetahuan dan pemahaman tentang kebutuhan belajar murid meliputi kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar, serta cara-cara menganalisisnya. Selain itu, saya juga mendapatkan pemahaman mengenai strategi diferensiasi, meliputi diferensiasi konten, proses, dan produk. Meskipun selama ini saya pernah melakukan kegiatan pembelajaran di kelas yang saya rasa bisa mengakomodasi kesiapan belajar murid yang berbeda-beda, tetapi hal itu masih mengandung miskonsepsi pembelajaran berdiferensiasi. Melalui modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi, saya mendapat pemahaman yang utuh tentang pembelajaran berdiferensiasi.

Future

Sebelum melaksanakan pembelajaran, seperti biasa saya akan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid melalui asesmen diagnosis, survei, pengamatan, dan wawancara. Melalui pemetaan kebutuhan belajar murid ini, saya bisa merencanakan strategi diferensiasi yang tepat. Dalam penerapannya di kelas, saya akan melibatkan rekan sejawat untuk mengobservasi dan memberi umpan balik terhadap pembelajaran yang saya lakukan. Melalui umpan balik yang diberikan, saya berharap dapat memperbaiki perencanaan dan penerapan pembelajaran berdiferensiasi sesuai kebutuhan belajar murid.

Semoga Bermanfaat.

Salam dan Bahagia.

Share:

Minggu, 13 Februari 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-10 Calon Guru Penggerak

 

13 Februari 2022

Jurnal Refleksi kali ini menggunakan model Papan Cerita Reflektif ⟮Reflective Storyboard⟯.


Kegiatan pembelajaran yang diikuti: 

Tes Awal Paket Modul 2:

Kegiatan tes awal paket modul 2 dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran modul 2 dimulai. Terdapat 13 soal yang harus dijawab. Konten materi pada soal tersebut terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Mulai Dari Diri:

Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan awal CGP tentang konsep Pembelajaran Berdiferensiasi. Pada kegiatan ini, kita diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi, menonton sebuah video yang berjudul Sekolah Hewan dan memberikan pendapat tentang video tersebut, dan menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang dimiliki terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Eksplorasi Konsep:

Sebelum memulai pembelajaran di sesi ini, beberapa pertanyaan yang perlu direnungkan adalah bagaimana kita dapat mengelola kelas?, apa yang kita ketahui tentang latar belakang murid kita?, apa yang kita ketahui tentang minat dan profil belajar murid kita?, selanjutnya apa yang akan kita lakukan jika sudah mengetahui semua hal tersebut.

Pembelajaran pada sesi ini dimulai dari pemaparan tentang pengertian pembelaaran berdiferensiasi dan miskonsepsi yang terjadi. Selanjutnya dibahas pula tentang kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah: Kesiapan belajar (readiness) murid, Minat murid, dan Profil belajar murid.

Ruang Kolaborasi:

Pada ruang kolaborasi, dilakukan kegiatan diskusi secara sinkronus bersama fasilitator. Disamping itu, diskusi kelompok yang membahas tentang cara mendesain pembelajaran berdiferensiasi juga sangat memberi inspirasi dan pengetahuan baru bagi saya tentang pembelajaran berdiferensiasi.

Lokakarya Ke-2:

Pada kegiatan Lokakarya ke-2 membahas topik terkait dengan Komunitas Praktisi. Dalam diskusi yang dilakukan, banyak pengetahuan yang saya peroleh terkait bagaimana membangun sebuah komunitas praktisi di sekolah.


Pembelajaran:

Saya belajar tentang kebutuhan belajar murid, strategi pembelajaran berdiferensiasi, mendesain pembelajaran berdiferensiasi, dan komunitas praktisi.

Yang Saya Rasakan: 

Saya sangat tertarik dalam mendesain pembelajaran berdiferensiasi, bersemangat, antusias, dan memiliki rasa ingin tahu untuk mempelajari lebih dalam dan tertantang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Langkah ke Depan: 

Terus belajar dan berlatih, diskusi dengan rekan guru, mencari inspirasi dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, serta membentuk komunitas praktisi di sekolah.


Semoga Bermanfaat.

Salam dan Bahagia.


Share:

Aplikasi Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Terbaru 2022 : Menyusun SKP secara Mudah dan Praktis

 

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 8 tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri SIpil yang merupakan perwujudan teknis dari Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang semula berbasis poin kegiatan, pada peraturan terbaru ini berbasis pada outcome.

Salah satu perubahan penting dari penilaian kinerja pegawai negeri sipil berdasarkan peraturan pemerintah nomor 30 tahun 2019 tentang penilaian kinerja PNS adalah bahwa penilaian kinerja wajib dilaksanakan dalam kerangka sistem manajemen kinerja pegawai negeri sipil yang terdiri atas perencanaan kinerja, pelaksanaan, pemantauan dan pembinaan kinerja, penilaian kinerja, serta tindak lanjut penilaian kinerja yang dikelola dalam suatu sistem informasi kinerja.

Berikut ini Aplikasi Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Terbaru yang dapat digunakan mulai Juli 2021 secara offline untuk membantu dalam pengadministrasian dokumen kepegawaian.


  • Aplikasi SKP Guru Khusus Guru SD di Kabupaten Lombok Utara, NTB (Download)

  • Aplikasi SKP Guru Khusus Guru SMP-SATAP-SMA-SMK di Kabupaten Lombok Utara, NTB (Download)

  • Bagi Sekolah lain yang ingin menggunakan Aplikasi SKP ini, silahkan Order melalui link berikut ini. (ORDER
Jika ingin mencoba menggunakan aplikasi ini, silahkan Download pada link di atas.

Bagi sekolah yang belum miliki Aplikasi SKP regulasi sebelumnya (regulasi lama) bisa download melalui link di bawah ini.

Untuk diketahui, aplikasi ini dapat digunakan jika perangkat terinstal minimal Aplikasi Microsoft Excel 2010 atau terbaru dan jangan lupa aktifkan Macro Excel.


Share:

Rabu, 09 Februari 2022

Eksplorasi Konsep - Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu.

Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.

Ada 3 strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dapat dilakukan yaitu :

Diferensiasi Konten

Berhubungan dengan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat murid dan aspek profil belajar murid atau kombinasi dari ketiganya.

Diferensiasi Proses

Strategi pembelajaran berdiferensiasi selanjutnya yaitu diferensiasi proses. Pada kegiatan ini, guru perlu memahami apakah siswa belajar secara mandiri atau berkelompok, apa sajakah yang dibutuhkan siswa selama proses pembelajaran dan lainnya. Hal tersebut menjadi pertimbangan dalam merencanakan kegiatan pembelajaran.

Diferensiasi Produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Apa yang kita lakukan sebagai guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi harus dibangun dengan “learning community” atau komunitas belajar yaitu komunitas yang semua anggotanya adalah pembelajar. Guru akan mengembangkan murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang selalu mendukung lingkungan belajar. Komunitas belajar yang efektif mendukung pembelajaran berdiferensiasi adalah setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik, setiap orang dalam kelas akan saling menghargai, murid akan merasa aman, Ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama.

Berikut ini Diagram Frayer - Pembelajaran Berdiferensiasi.

Share:

TOKO ONLINE "POTRET MATEMATIKA"

CHANNEL YOUTUBE

RUBEMA SMP

STATISTIK

Chat Me!

Followers

ADMIN : WAYAN SUBADRE

ADMIN : WAYAN SUBADRE

TUTORIAL SKP DAN DUPAK

TUTORIAL AKUN BELAJAR.ID

Blog Archive

VIDEO DOKUMENTASI

TUTORIAL GOOGLE CLASSROOM

TIPS & TRIK CPNS & PPPK