Seputar Pembelajaran Matematika dan Pemanfaatan IT

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Tempat Belajar Matematika dan Teknologi Informasi.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Berbagi Tentang Program Pendidikan Guru Penggerak.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Pemanfaatan Website Rumah Belajar Kemdikbudristek untuk Pembelajaran Inovatif.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Tutorial Aplikasi Google, Microsoft, dan Video Pembelajaran ada disini.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Laporan Penelitian, PTK, R n D, Best Practice, Jurnal, dan Prosiding.

Minggu, 27 Maret 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-16 Calon Guru Penggerak

 

27 Maret 2022
Jurnal rekfeksi minggu ini saya susun dengan menggunakan model DEAL ⟮Description, Examination and Articulation of Learning).

Description

Perjalanan Pendidikan Guru Penggerak saat ini telah sampai pada modul 2.3 yaitu Coaching. Saya bersama rekan-rekan CGP melakukan eksplorasi konsep secara mandiri, forum diskusi eksplorasi konsep, ruang kolaborasi Latihan coaching, dan ruang kolaborasi praktik coaching. Dalam eksplorasi konsep mandiri, saya membaca materi tentang konsep coaching, definisi coaching, mencermati video sang kancil dan burung hantu, video tentang komunikasi asertif, menjadi pendengar aktif, bertanya efektif, dan memberi umpan balik positif, serta coaching model TIRTA. Banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan dari pembelajaran yang saya ikuti, di samping ada beberapa yang telah saya lakukan secara rutin. Dalam forum diskusi eksplorasi konsep, kami menjawab pertanyaan berdasarkan pengamatan terhadap video praktik coaching model TIRTA, kemudian saling berbagi pengalaman, pendapat, saran, dan masukan. Tujuannya untuk saling menguatkan pemahaman CGP. Pada pembelajaran ruang kolaborasi, CGP didampingi oleh fasilitator dalam mempelajari kasus yang ada di sekolah, yaitu kasus antar siswa, antara siswa dengan guru, dan antara guru dengan kepala sekolah dan pengawas. Kami bergiliran menjadi coach, coachee, dan pengamat dalam mempraktikkan coaching model TIRTA secara virtual.

Examination

Pengalaman yang saya dapatkan pada pembelajaran minggu ini sangat banyak dan akan sangat berguna dalam melaksanakan tugas di sekolah. Misalnya, komunikasi asertif, sangat berguna dalam memjalin hubungan dengan rekan kerja, atasan, siswa, maupun masyarakat. Dalam komunikasi asertif, saya belajar bagaimana mendengarkan lawan bicara sekaligus mengungkapkan pendapat dengan baik, santun, tanpa menyinggung lawan bicara. Teknik bertanya efektif, memberikan saya pengalaman bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi, menggali potensi, menjabarkan rencana, dan menuntun tanggung jawab. Menjadi pendengar aktif, sangat penting untuk diterapkan dalam berkomunikasi untuk membuat lawan bicara merasa nyaman, merasa diperhatikan, sekaligus kita dapat menyimak, memahami, dan memberi respons atas hal yang diungkapkan. Respons yang diberikan akan berguna bagi lawan bicara jika diberikan dalam bentuk umpan balik positif. Semua keterampilan yang dipelajari, mendukung penguasaan pada coaching model TIRTA. Coaching model TIRTA yang dilaksanakan dengan baik akan dapat membantu peserta didik mengetahui potensinya, menentukan rencana solusi dan mengambil tanggung jawab. Hal ini penting dalam menjalankan peran sebagai guru yang menuntun murid guna mencapai kemandirian dalam hidup.

Articulation of Learning

Setelah mempelajari coaching model TIRTA, saya tertarik untuk mencoba menerapkannya dalam membantu murid menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Coaching model TIRTA sangat berbeda dengan praktik konseling maupun mentoring yang selama ini diterapkan di sekolah. Dalam konseling, konselor berperan menggali masalah yang telah dilalui oleh klien, sedangkan dalam mentoring, mentor memberikan tips-tips mengatasi masalah berdasarkan pengalaman mentor. Sementara dalam coaching model TIRTA, coach tidak memberikan solusi secara langsung, tetapi menggali dari dalam diri coachee, potensi/kekuatan apa yang dapat dikembangkan guna menjadi solusi. Di sinilah keterampilan komunikasi dan bertanya efektif akan sangat berguna. Dalam meningkatkan kemampuan saya melakukan coaching, saya akan belajar dari rekan guru senior, kepala sekolah, rekan CGP, maupun dari media internet yang memberikan banyak contoh coaching. Saya akan mengasah kemampuan coaching, baik dengan murid maupun dengan rekan guru yang memiliki masalah. Harapannya, saya dapat membantu mereka mengidentifikasi masalah, menemukan potensi diri, merancang rencana solusi, dan komitmen dalam menjalankan rencana.

Share:

Eksplorasi Konsep - Coaching Model TIRTA

 

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will
  1. Goal ⟮Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini
  2. Reality ⟮Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee.
  3. Options ⟮Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 
  4. Will ⟮Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.

TIRTA kepanjangan dari
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA : Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

Tugas Anda adalah menuntun atau membantu murid ⟮coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya.
Dengan demikian, bagaimana cara Anda menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan yang ada? Jawabannya adalah keterampilan coaching.

Tujuan Umum

Tujuan Umum ⟮Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee). Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang ⟮dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:
  1. Apa rencana pertemuan ini?
  2. Apa tujuannya?
  3. Apa tujuan dari pertemuan ini?
  4. Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
  5. Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?
Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.

Identifikasi

Identifikasi ⟮Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi). Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini adalah:
  1. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang?
  2. Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu?
  3. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan
  4. Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?
  5. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan? 
  6. Apa solusinya?
Rencana Aksi

Rencana Aksi ⟮Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat).
  1. Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?
  2. Adakah prioritas?
  3. Apa strategi untuk itu?
  4. Bagaimana jangka waktunya?
  5. Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?
  6. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?
Tanggung Jawab

Tanggung jawab ⟮Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya).
  1. Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi?
  2. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?
  3. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?
Dengan menjalankan metode TIRTA ini, harapannya seorang guru dapat semakin mudah dapat menjalankan perannya sebagai coach. Gambar model TIRTA berikut ini dapat membantu Anda agar lebih terarah dalam melakukan sesi coaching.


Semoga bermanfaat.
Salam dan Bahagia.


Share:

Sabtu, 19 Maret 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-15 Calon Guru Penggerak

 


19 Maret 2022

Minggu ini adalah minggu ke-15 dalam Program Pendidikan Guru Penggerak. Minggu ini adalah tahap akhir pembelajaran Modul 2.2 dan awal pembelajaran modul 2.3.

Pada Minggu ini, kegiatan pembelajaran pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) memasuki tahap akhir. Saya mengikuti kegiatan Elaborasi Pemahaman bersama instruktur, narasumber, dan sesama CGP. Saya juga membuat Koneksi Antar Materi dan rencana Aksi Nyata. Koneksi antar materi yang saya buat berupa artikel yang menggambarkan pemahaman pada PSE dan kaitan antara PSE dan pembelajaran berdiferensiasi. Pada rencana aksi nyata, saya telah membuat RPP yang terintegrasi dengan pembelajaran berdiferensiasi dan PSE. Rencananya, RPP ini akan diterapkan pada pembelajaran di kelas pada aksi nyata minggu ini dan minggu ke-4 bulan maret 2022. Dalam elaborasi pemahaman, saya memperoleh tambahan informasi dan contoh-contoh yang menguatkan pemahaman pada PSE. Ketika membuat koneksi antar materi, saya membaca kembali materi PSE, mencermati video, tugas ruang kolaborasi, dan RPP yang telah saya buat, sehingga memperoleh gambaran utuh mengenai PSE dan kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran Modul 2.3 Coaching dimulai dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kasus yang ditemui di sekolah, harapan pada diri, pada siswa, serta kegiatan, materi, dan hasil yag diinginkan. Saya menjawab pertanyaan sesuai dengan pemahaman dan pengalaman saya ketika menghadapi siswa.

Penerapan Kompetensi Sosial dan Emosional dalam pembelajaran di kelas merupakan hal baru bagi saya, meskipun untuk saya pribadi, sesekali pernah melakukan teknik STOP untuk meningkatkan kesadaran penuh. Dalam merencanakan aksi nyata di kelas, awalnya saya merasa bingung akan menerapkan KSE yang mana. Untuk menghadapi kebingungan tersebut, saya mengikuti elaborasi pemahaman, membaca beberapa contoh penerapan KSE di kelas, dan berdiskusi dengan rekan CGP. Hal-hal tersebut membuat saya merasa lebih siap, tidak bingung lagi untuk menerapkan KSE di kelas. Saya antusias ketika mengikuti alur pembelajaran di modul PSE dan bersemangat untuk menerapkan KSE dalam pembelajaran di kelas. Modul 2.3 Coaching merupakan hal menarik bagi saya, dan saya akan mempelajarinya dengan baik, memanfaatkan berbagai media yang ada.

Pembelajaran minggu ini membuat saya lebih memahami PSE. Pengalaman dari instruktur yang dibagikan kepada CGP membuat saya mendapat inspirasi tentang penerapan KSE di kelas. Saya mendapat inspirasi berupa contoh-contoh yang dapat saya modifikasi dan adaptasi untuk diterapkan. Saya juga mendapat pembelajaran berupa mencoba praktik teknik STOP bersama fasilitator dan instruktur selama pembelajaran. Melalui proses pembelajaran ini, saya menyadari bahwa KSE sangat diperlukan oleh guru untuk melakukan berbagai kegiatan dan untuk mengoptimalkan potensi siswa.

Dengan mempelajari modul PSE, saya dapat mengenali perasaan, mengelola diri, memahami orang lain, membangun komunikasi, dan mengambil keputusan dengan lebih baik. Sehingga saya akan mampu melaksanakan pembelajaran, kegiatan sekolah, kegiatan di masyarakat, dan di keluarga dengan lebih baik, responsif, dan bertanggung jawab. Saya juga bisa membelajarkan siswa 5 KSE melalui integrasi dalam pembelajaran, membelajarkan secara eksplisit, mengubah kebijakan sekolah, dan mempengaruhi pola pikir siswa. Melalui penerapan KSE, saya yakin siswa akan menjadi orang yang mampu menghadapi masalah, menemukan solusi atas masalahnya, dan menjadi orang yang berkarakter baik.

Semoga bermanfaat.

Salam dan Bahagia.

Share:

Selasa, 15 Maret 2022

Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional

Visi Guru Penggerak sesuai dengan nilai dan peran yang ingin dicapai yaitu Mewujuydkan Siswa Berkarakter Positif Sesuai Dengan Profil Pelajar Pancasila, hal tersebut dapat diwujudkan melalui budaya positif dalam ekosistem sekolah yang memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid hingga tercapai merdeka belajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan praktek pebelajaran yang berhamba pada anak melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional (PSE).

Pendidikan bukan hanya proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan namun bagaimana seorang guru dapat menuntun anak menemukan kodrat jati diri, karakter dan budi pekerti. Untuk dapat menumbuhkan hal ini anak-anak harus di latih dengan berbagai kegiatan, mereka terbiasa melakukan ketrampilan-ketrampilan yang mereka butuhkan agar dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan menemukan solusi untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi, dan tentu saja proses ini akan mengajarkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana dan berbudi pekerti luhur. Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Sebagai seorang guru, kita dihadapkan dengan beragam masalah, baik itu masalah dari murid, rekan kerja, orang tua, atasan, atau pun masalah yang timbul dari banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat guru menjadi tertekan. Keadaan seperti ini tentunya akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol emosi menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam berkesadaran penuh, seorang guru dapat mengelola konflik, mengelola stress, mengetahui cara berinteraksi dengan orang lain, mengetahui cara untuk memahami diri sendiri, merasakan dan mengenali pikiran, perasaan dan lingkungannya. Dengan memahami emosi diri maka akan membantu kita untuk dapat merespon terhadap kondisi yang sedang dialami secara tepat, merespon secara lebih baik. Hal ini tidak hanya akan berdampak pada wellbeing diri tetapi dapat juga membantu menjadi role model  bagi murid-muridnya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda jenisnya. Misalkan untuk merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan merawat benih padi. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah. Begitu juga kita sebagai guru harus jeli dalam melihat keberagaman kebutuhan siswa, ada yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan, pendengaran, atau kinestetik. Semua harus kita akomodir dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran berdiferensiasi yag dilakukan oleh seorang guru menjadi jawaban atas kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam dan zamannya. Pembelajaran berdiferensiasi akan memenuhi setiap kebutuhan masing-masing murid dengan memperhatikan faktor kesiapan murid, minat/bakat, dan gaya belajar murid.

Dalam proses pembelajaran hendaknya guru juga memasukan pembelajaran sosial-emosional. Apakah pembelajaran sosial-emosianal itu? Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik. Tidak bisa dipungkiri dalam melaksanakan tugas sebagai guru, pasti banyak masalah yang kita hadapi. Baik itu masalah dari murid, rekan kerja, orang tua, atasan, atau pun masalah yang timbul dari banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat stress atau tertekan.Keadaan seperti ini tentunya akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol emosi menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah. Guru mendidik hati dan jiwa si anak untuk menjadi lebih baik dan nyaman dalam menerima pembelajaran yang diberikan guru, serta merasa terlindungi oleh guru dalam lingkungan pembelajaran maupun lingkungan sekolah.

Kompetensi sosial-emosional adalah  :

1.    Kesadaran Diri – Pengenalan Emosi

2.    Pengelolaan Diri – Mengelola Emosi dan Fokus

3.    Kesadaran Sosial – Keterampilan Berempati

4.    Keterampilan Berhubungan Sosial – Daya Lenting

5.    Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab

Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional

1.    Memberikan Pemahaman ,penghayatan dan Kemampuan untuk mengoelola emosi

2.    Menetapkan dan mencapai tujuan positif

3.    Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain

4.    Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif

5.    Membuat keputusan yang bertanggung jawab ( Responsible Decision Making )

Bagaimana Penerapannya ?

  1. Rutin (diluar waktu belajar sekolah). Waktu khusus di luar kegiatan akademik, misalnya kegiatan ektrakurikuler, perayaan hari-hari besar, pelatihan dan sebagainya.
  2. Terintegrasi dalam pembelajaran. Misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran.
  3. Protokol (sesuai dengan budaya atau aturan sekolah). Menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.

Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)  dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE)  secara spesifik dan eksplisit, Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid, Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid, dan Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.

Untuk dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, seorang guru harus menjalankan peran serta  memiliki nilai kemandirian, reflektif, kolaboratif, dan inovatif serta berpihak pada murid. Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dimana seorang guru mampu memetakan pembelajaran berdasarkan kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam dan zamannya. Mengoptimalkan kekuatan dan potensi untuk menerapkan Budaya Positif disekolah  merupakan strategi efektif dalam membentuk nilai-nilai karakter anak. Jika Pembelajaran sosial dan emosional ini menjadi budaya positif di sekolah maka akan lebih mudah diterapkan karena menjadi sebuah budaya yang menjadi komitmen bersama dalam membangun generasi bangsa cerdas dan berkarakter  mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Share:

Sabtu, 12 Maret 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-14 Calon Guru Penggerak

12 Maret 2022

Pada minggu ke-14 ini, kegiatan Pendidikan Guru Penggerak sudah memasuki tahap demonstrasi kontekstual dari modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional.

Pembelajaran minggu ini masih pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional. Pembelajaran dilanjutkan pada ruang kolaborasi pengerjaan tugas dan presentasi. Dalam sesi ini, saya berkelompok dengan rekan CGP Bapak Muhamad Khaeri dan Ibu Ni Putu Sri Astitika. Dalam diskusi kelompok, kami mendiskusikan KSE apa yang sudah pernah diterapkan di sekolah. Selain itu, ide penerapan KSE seperti apa yang akan dilakukan di sekolah. Dalam sesi presentasi, tidak ada kendala yang dihadapi. Rekan CGP lain memberikan respons berupa apresiasi dan pertanyaan, yang kami tanggapi bersama. Saya juga memberikan apresiasi dan masukan kepada kelompok lain. Pembelajaran berikutnya adalah Refleksi Terbimbing, yaitu menjawab beberapa pertanyaan terkait PSE, yaitu apa yang menarik, apa hal penting yang dipelajari, dan ide yang akan diterapkan di kelas. Pada sesi Demonstrasi Kontekstual, CGP diminta membuat RPP yang terintegrasi dengan pembelajaran social emosional. RPP bisa diambil dari tugas RPP berdiferensiasi.

Saya sangat tertarik mempelajari Pembelajaran Sosial dan Emosional, cara penerapannya, dan bentuk-bentuk penerapannya di sekolah. PSE ini sangat penting bagi saya selaku guru, pribadi, dan rekan sejawat. Dengan menerapkan KSE, saya bisa mengelola perasaan, mengelola diri, berempati, menjalin hubungan dengan rekan sejawat, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Saya tertantang untuk menerapkan KSE dalam pembelajaran dan dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Awalnya saya merasa bingung, cemas, dan khawatir, tidak dapat memahami dan mengerjakan tugas. Tetapi dengan mengikuti pembelajaran dan dibantu oleh rekan CGP lain dan fasilitator, saya dapat memahami PSE dan mengerjakan tugas-tugas.

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah hal baru bagi saya. Sebelumnya, saya seringkali tidak dapat mengelola emosi dengan baik. Respons yang saya berikan atas suatu situasi kadang bersifat reaktif, cepat, namun merugikan diri, dan siswa. Dengan mempelajari teknik STOP, saya dapat mengelola emosi, sehingga keputusan yang saya ambil dapat dipertanggungjawabkan. Ada banyak penerapan KSE yang dapat saya pelajari dari LMS dan dari rekan CGP lainnnya, yang sangat berguna bagi saya dan untuk membelajarkan murid.

Saya berusaha akan menerapkan KSE yang telah saya pelajari dalam pembelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan yang dirancang di sekolah. Saya akan terus mengembangkan keterampilan menerapkan KSE, melalui membaca, mencoba, diskusi, dan sharing dengan rekan guru lain. Membelajarkan KSE kepada murid akan membuat murid memiliki ketahanan menghadapi masalah, mampu memecahkan masalah, dan menjadi orang yang berkarakter baik.

Semoga Bermanfaat.

Salam dan Bahagia.
Share:

Ruang Kolaborasi - Pembelajaran Sosial dan Emosional

Setelah mempelajari 5 Kompetensi Sosial-Emosional (KSE), selanjutnya berkolaborasi untuk menguraikan implementasi/penerapan pembelajaran 5 kompetensi sosial-emosional untuk murid sesuai dengan kelompok  jenjang  pendidikan masing-masing yang sudah pernah terapkan.

Berikut ini ide Penerapan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yang akan dilakukan pada jenjang SMP-SMA-SMK

KSE yang dikembangkan : Kesadaran Diri

Cara Penerapan : Rutin

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Bernafas dengan kesadaran penuh.

Yang Dilakukan Guru : Meminta murid untuk berhenti melakukan kegiatan apapun dan menarik nafas dalam-dalam dan kemudian melepaskannya perlahan-lahan.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Guru meminta murid merasakan kondisi tubuh, pikiran, dan perasaan setelah mereka melakukan kegiatan tersebut.

Tujuan : Bernafas dalam-dalam untuk meningkatkan suplai oksigen ke otak untuk menstimulasi saraf otak untuk memperoleh ketenangan.

Cara Penerapan : Terintegrasi Dalam Pembelajaran

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Identifikasi Perasaan

Yang Dilakukan Guru : Membacakan sebuah cerita yang perasaan tokohnya dideskripsikan dengan jelas dalam cerita tersebut, contoh cerita tokoh TESLA.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Minta murid-murid untuk menggambar ekspresi wajah tokoh-tokoh cerita sesaat setelah mendengarkan cerita tokoh TESLA.

Tujuan : Untuk mengetahui perasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika.

Cara Penerapan : Protokol (Tata Tertib)

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Do’a bersama sebelum masuk kelas.

Yang Dilakukan Guru : Meminta salah seorang murid memimpin berdo’a sebelum mulai belajar.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Do’a yang dipimpin oleh salah seorang murid diikuti oleh seluruh murid.

Tujuan : Dengan membacakan do’a bersama akan memperkuat emosional murid dalam menghadapi KBM.

KSE yang dikembangkan : Pengelolaan Diri

Cara Penerapan : Rutin

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Masuk kelas tepat waktu.

Yang Dilakukan Guru : Guru mengawasi pada saat pembelajaran.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Kedisiplinan adalah kunci kesuksesan, tidak ada orang sukses tanpa sikap disiplin pada dirinya.

Tujuan : Dengan adanya disiplin diri masuk kelas tepat waktu akan membentuk budaya positif yang ada pada diri siswa.

Cara Penerapan : Terintegrasi Dalam Pembelajaran

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Who am I.

Yang Dilakukan Guru : Guru meminta siswa menuliskan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki di buku catatannya pada saat ice breaking.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Kita harus mampu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri agar bisa mengatur emosi, pikiran, dan tingkah laku kita dalam berbagai situasi.

Tujuan : Untuk mengelola diri sendiri (manajemen diri).

Cara Penerapan : Protokol (Tata Tertib)

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).

Yang Dilakukan Guru : Guru memberikan teladan kepada siswa tentang 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Membiasakan diri menerapkan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) merupakan hal yang penting dalam membentuk karakter baik siswa sebagai budaya positif yang harus diterapkan di sekolah.

Tujuan : Membentuk budaya positif bagi siswa dalam membangun karakter yang baik.

KSE yang dikembangkan : Kesadaran Sosial

Cara Penerapan : Rutin

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Kunjungan siswa sakit atau tertimpa musibah/ kemalangan.

Yang Dilakukan Guru : Guru mengajak siswa untuk menjenguk temannya yang sakit atau terkena musibah/kemalangan.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Dengan adanya kunjungan sosial akan memberikan keringanan beban secara psikologis terhadap siswa yang sakit atau terkena musibah/kemalangan.

Tujuan : Tercipta hubungan sosial yang harmonis antara teman sekelas.

Cara Penerapan : Terintegrasi Dalam Pembelajaran

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Pembelajaran kooperatif.

Yang Dilakukan Guru : Guru membuat kelompok belajar siswa sesuai kebutuhannya.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Murid saling membantu temannya dalam memahami pelajaran, bila ada teman yang belum mengerti bisa dibantu dengan tutor sebaya.

Tujuan : Murid dapat menumbuhkan rasa empati antara satu dengan yang lainnya.

Cara Penerapan : Protokol (Tata Tertib)

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Pembiasaan mengucapkan terima kasih, minta tolong dan minta maaf.

Yang Dilakukan Guru : Meminta murid selalu mengucapkan kata terima kasih, meminta siswa menggunakan kata tolong bila perlu bantuan, meminta maaf pada orang lain jika melakukan kesalahan.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Sebagai makhluk sosial, kita harus membudayakan ucapan terima kasih, minta tolong, dan minta maaf agar terjalin hubungan yang harmonis antar semua warga sekolah.

Tujuan : Terjalin kerukunan antar siswa dan antara siswa dengan guru serta semua warga sekolah.

KSE yang dikembangkan : Keterampilan Relasi

Cara Penerapan : Rutin

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : 3 S (Senyum, Salam, Sapa).

Yang Dilakukan Guru : Guru menunggu Murid di depan pintu gerbang sekolah dengan mengucapkan salam, tersenyum dan menyapa murid dengan ramah.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Guru menyapa murid dengan ucapan salam dengan ramah dan sopan untuk menimbulkan budaya positif sekolah.

Tujuan : Murid mampu menumbuhkan kemampuan hubungan sosial dengan semua warga sekolah.

Cara Penerapan : Terintegrasi Dalam Pembelajaran

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Kegiatan role play.

Yang Dilakukan Guru : Guru mempersilahkan murid yang duduk berpasangan untuk bergantian saling bercerita terkait pengalaman yang menyenangkan.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Guru meminta murid untuk mendengarkan cerita temannya dengan seksama dan penuh kesadaran serta tidak memotong pembicaraan teman saat bercerita.

Tujuan : Murid mampu merefleksikan apa yang murid dengarkan dan rasa saat bercerita maupun saat mendengarkan cerita temannya.

Cara Penerapan : Protokol (Tata Tertib)

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Gotong Royong dalam kebersihan lingkungan.

Yang Dilakukan Guru : Guru mengajak semua murid untuk berkolaborasi dan bergotong royong dalam menjaga lingkungan kelas maupun lingkungan sekolah.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Melaksanakan kegiatan gotong royong secara bersama-sama dalam membersihkan lingkungan kelas atau sekolah.

Tujuan : Menumbuhkan murid untuk bersikap saling bekerja sama dalam memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah.

KSE yang dikembangkan : Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

Cara Penerapan : Rutin

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Cleaning Up (Perpustakaan).

Yang Dilakukan Guru : Guru meminta kepada murid setelah membaca buku di perpustakaan agar dikembalikan pada tempatnya. 

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Guru meminta murid untuk selalu membereskan apa yang telah mereka lakukan, hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Tujuan : Menumbuhkan rasa tanggungjawab.

Cara Penerapan : Terintegrasi Dalam Pembelajaran

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Penyelesaian soal HOTs dan kontekstual menggunakan Teknik POOCH (problem, option, outcomes, choicess) dengan langkah-langkah metode ilmiah

Yang Dilakukan Guru : Guru memberikan beberapa masalah kimia yang kontekstual dan membutuhkan keterampilan mengambil keputusan (HOTs).

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Guru meminta murid berlatih memecahkan masalah dengan langkah-langkah metode ilmiah.

Tujuan : Murid mampu dan terbiasa untuk memecahkan masalah yang berupa soal HOTs dan kontekstual.

Cara Penerapan : Protokol (Tata Tertib)

Bentuk Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional : Pendekatan personal.

Yang Dilakukan Guru : Jika ada siswa yang melanggar kesepakatan kelas guru memanggil siswa tersebut ke ruang BK diluar jam pelajaran untuk melakukan pendekatan personal melalui kesepakatan dengan siswa sebelumnya.

Hal penting yang harus disampaikan kepada murid : Setelah bertemu guru bertanya alasannya dan ingin memahami dan memberikan solusi sebagai konsekuensi, guru juga memberikan nasihat dan motivasi agar tidak mengulangi lagi.

Tujuan : Membiasakan siswa menerima konsekuensi dan bertanggung jawab dan membangun motivasi agar lebih baik lagi.

Share:

Sabtu, 05 Maret 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-13 Calon Guru Penggerak

 

05 Maret 2022

Jurnal Refleksi kali ini menggunakan model 4F ⟮Facts, Feelings, Findings, Future).

Facts

Minggu ini, pembelajaran dimulai dengan eksplorasi konsep pada topik Pembelajaran Sosial dan Emosional. Saya memulai dengan mengamati video tentang pembelajaran sosial-emosional, mindfulness, cara kerja otak, teknik STOP, membaca bahan bacaan tentang kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Saya juga mempraktikkan teknik STOP. Dalam sesi diskusi asinkron, saya membedah lima kasus yang disajikan, memberikan analisis dan kemungkinan-kemungkinan, kemudian mempostingnya dalam forum diskusi yang telah disediakan pada LMS untuk didiskusikan bersama rekan CGP lainnya. Dalam diskusi ini, saya mendapat berbagai masukan dan penguatan, serta memberikan masukan dan apresiasi kepada rekan lain. Hambatan yang saya temui dalam pembelajaran ini adalah saya terkendala waktu mengerjakan, karena bertepatan dengan persiapan Hari Suci Nyepi. Saya menyempatkan diri mengerjakan tugas di sela-sela persiapan upacara, kemudian dilanjutkan mengerjakan secara offline dan diunggah di LMS.

Feelings

Dalam mempelajari Pembelajaran Sosial dan Emosional, saya merasa tertarik, antusias, dan ingin tahu lebih dalam. Materi ini sangat aplikatif, berguna dalam menghadapi berbagai masalah dan tekanan, seperti menghadapi siswa, hubungan dengan rekan guru dan atasan, hubungan dengan keluarga, maupun pergaulan di masyarakat. Saya merasa perlu untuk menerapkan kesadaran penuh dalam setiap kegiatan saya, perlu mengelola diri dengan lebih baik, meningkatkan kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan belajar mengambil keputusan dengan bertangungjawab.

Findings

Selama ini saya menjalani profesi sebagai guru, ternyata saya belum sepenuhnya menggunakan kesadaran penuh dalam melaksanakan kegiatan maupun menghadapi masalah. Saya seringkali reaktif terhadap suatu situasi. Proses pembelajaran selama seminggu ini memberikan banyak pengetahuan mengenai kesadaran penuh, mengelola emosi, mengelola diri, empati, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Kompetensi Sosial dan Emosional ini sangat penting dalam menjalankan peran saya sebagai guru.

Future

Pembelajaran yang saya dapatkan mengenai Kompetensi Sosial dan Emosional ini saya rasa belum cukup, masih perlu diperdalam melalui diskusi, mengamati praktik baik rekan guru, dan penjelasan-penjelasan dari fasilitator. Dengan mempelajari lebih dalam tentang Kompetensi Sosial dan Emosional dan praktiknya di kelas, saya akan lebih siap menghadapi berbagai situasi yang perlu respon yang tepat, dapat menjalin hubungan baik dengan siswa, rekan guru, dan kepala sekolah, dapat bekerja sama dalam menjalankan tugas secara kolaboratif, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Semoga Bermanfaat.

Salam dan Bahagia.


Share:

Eksplorasi Konsep - Pembelajaran Sosial Emosional

 

 KASUS 1

Saat itu jam pelajaran terakhir. Sebelum rapat panitia besar 17 Agustus untuk memfinalisasi acara, Bapak Eling masuk ke kelas 9 untuk mengajar mata pelajaran geografi. Sejak pagi, Bapak Eling sudah mengajar 3 kelas yang berbeda secara berurutan. Pada pelajaran ini, anak-anak diizinkan menggunakan gawai mereka untuk mengerjakan proyek kelompok. Setelah beberapa saat Bapak Eling melakukan pengecekan apakah setiap murid bekerja sesuai tugas dan tanggung jawab mereka. Saat mendekati meja salah satu siswa, Diana,

Pak Eling mendapati muridnya itu sedang menggunakan gawainya untuk mengerjakan tugas pelajaran lain. Bapak Eling spontan mengeluarkan kata-kata dengan nada tinggi. “Jadi ini yang dari tadi kamu lakukan?”  Seisi ruang kelas terkejut.  Wajah Diana memerah.  Ia tampak malu dan tidak menyangka Bapak Eling merespon sekeras itu.

  1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat dan jelas.
  2. Apa kompetensi sosial dan emosional yang dibutuhkan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya
  3. Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

Jawaban :

  1. Situasi yang dialami Bapak Eling adalah 1) kelelahan mengajar 3 kelas dari pagi, 2) kecewa pada Diana karena tidak mengindahkan instruksi dengan mengerjakan tugas mata pelajaran lain, dan 3) mengalami tekanan karena akan mengadakan rapat besar finalisasi acara.
  2. Kompetensi sosial dan emosional yang dibutuhkan Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut adalah: (a). Kesadaran Diri-Pengenalan Emosi. Melalui kesadaran diri, Bapak Eling dapat memberi respons terhadap kondisi yang dihadapi dengan lebih tepat. Bapak Eling dapat menerapkan kesadaran penuh melalui teknik STOP berhenti, Tarik napas dalam, amati, lanjutkan). (b). Pengelolaan Diri. Meskipun Bapak Eling memiliki banyak tugas, pada saat melakukan pembelajaran seharusnya Bapak Eling mengelola emosi dan fokus pada pencapaian tujuan, yaitu memfasilitasi siswa belajar. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, barulah Bapak Eling beralih ke tugas berikutnya. (c). Kesadaran Sosial-Keterampilan Berempati. Bapak Eling seharusnya dapat merasakan posisi Diana berada, dan melihat perspektif dari sudut pandang Diana. Mungkin Diana mengerjakan tugas mata pelajaran lain karena kewalahan mengatur jadwal.
  3. Seandainya saya adalah Bapak Eling, saya akan melakukan kesadaran penuh melalui teknik STOP, melakukan pengenalan emosi, pengelolaan diri, dan berempati. Dengan demikian, saya akan dapat mengontrol emosi, tidak membentak Diana, tetapi berbicara dengan pelan, mengingatkan kesepakatan kelas, dan saya fokus pada kegiatan pembelajaran.


KASUS 2

Selesai kegiatan belajar-mengajar berakhir, Bapak Eling memimpin rapat panitia besar yang akan memutuskan revisi akhir acara. Rapat yang berlangsung selama kurang lebih 1 jam menghasilkan tugas baru bagi Pak Eling untuk mempelajari perubahan proposal acara.  Pak Eling perlu memastikan semua perencanaan, pengaturan personil, dan pengaturan anggaran sudah tepat. Sesuai rencana, panitia acara sudah harus mulai bekerja setelah proposal disetujui oleh kepala sekolah.  Oleh karena itu, Bapak Eling diminta untuk mengirimkan proposal ini kepada kepala sekolah selambat-lambatnya lusa. Karena mendahulukan proposal ini, Bapak Eling pun lupa menyiapkan rubrik untuk pembelajaran geografi keesokan harinya. Keesokan paginya, Bapak Eling, masuk kelas dan lupa mengunduh rubrik proyek geografi sehingga proses pembelajaran sempat tersendat.

  1. Apakah situasi yang dihadapi  Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas.
  2. Apa kompetensi atiha dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan kerangka atau panduan yang ada di artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya)
  3. Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

Jawaban :

  1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah mengerjakan beberapa tugas dalam waktu bersamaan, yaitu merevisi proposal perencanaan, pengaturan personil, dan pengaturan anggaran) dalam waktu singkat, dan melakukan tugas utama mengajar.
  2. Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan Bapak Eling adalah: (a). Kesadaran diri-pengenalan emosi. Dalam melakukan tugasnya sebagai guru dan panitia, Bapak Eling seharusnya melakukannya dengan kesadaran penuh mindfulness), sehingga apa yang seharusnya dikerjakan tidak terlupakan. (b). Pengelolaan diri. Melalui pengelolaan diri, Bapak Eling dapat mengelola emosi sehingga tujuan yang diharapkan tercapai.  Bapak Eling dapat menyusun daftar tugas yang harus dikerjakan, yaitu revisi proposal dan mengajar. Dalam menjalankannya, Bapak Eling bisa fokus sehingga hasilnya optimal. (c). Keterampilan berelasi. Agar tugas kepanitiaan tidak menjadi beban, Bapak Eling dapat membagi peran dalam panitia, misalnya meminta tolong pada sekretaris untuk membantu revisi proposal.
  3. Jika saya sebagai Bapak Eling, saya akan 1) menerapkan kesadaran penuh (mindfulness); 2) mengelola diri, yaitu membuat daftar tugas yang akan dikerjakan agar tidak tercecer; dan 3) Menggunakan keterampilan mengelola tugas  dan peran dalam kelompok, yaitu meminta tolong pada anggota panitia lain untuk mebantu merevisi proposal.


KASUS 3

Saat mempelajari proposal acara 17 Agustus di antara jam mengajar dan mengoreksi pekerjaan murid-murid, Bapak Eling menyadari salah seorang murid kelas 10 yang berprestasi dalam kejuaraan renang tidak mengumpulkan tugasnya. Pak Eling memanggil murid tersebut. Murid tersebut mengungkapkan pada Bapak Eling bahwa dia sebenarnya merasakan atih dan mengantuk saat berada di dalam kelas maupun di rumah karena atihan keras menjelang kejuaraan bulan depan. Bapak Eling menilai, seharusnya murid tersebut bekerja lebih keras sebagai konsekuensi dari pilihannya menjadi murid atlet.

  1. Apakah situasi  yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat,  padat, dan jelas.
  2. Apa kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan kerangka atau panduan yang ada di artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya)
  3. Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

Jawaban :

  1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah mengerjakan beberapa tugas bersamaan, kurangnya pengelolaan emosi dan kurangnya kesadaran sosial empati). Dalam hal mengelola emosi Bapak Eling terlalu terburu-buru menilai bahwa siswa kurang berusaha keras. Padahal sebenarnya Bapak Eling lah yang terlalu banyak mengambil peran dalam panitia sehingga menjadi tertekan. Dalam hal empati, Bapak Eling tidak melihat dari sudut pandang siswa atlet tersebut, yaitu tuntutan Latihan yang padat dan akademik di sekolah yang tidak ringan.
  2. Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling adalah (a).Kesadaran Diri-Pengenalan Emosi. Melalui kesadaran diri, Bapak Eling dapat memberi respons terhadap kondisi yang dihadapi dengan lebih tepat. Bapak Eling dapat menerapkan kesadaran penuh melalui teknik STOP berhenti, tarik napas dalam, amati, lanjutkan). (b).Pengelolaan Diri. Meskipun Bapak Eling dikejar deadline proposal, namun pada saat mengoreksi pekerjaan siswa seharusnya Bapak Eling mengelola emosi dan fokus pada pencapaian tujuan. Setelah  mengoreksi pekerjaan siswa selesai, barulah Bapak Eling beralih pada proposal, atau fokus pada proposal dulu, setelah selesai baru mengoreksi pekerjaan siswa. (c). Kesadaran Sosial-Keterampilan Berempati. Bapak Eling seharusnya dapat merasakan posisi siswa atlet berada, dan melihat perspektif dari sudut pandang siswa. Siswa sebagai atlet memiliki jadwal Latihan yang padat dan tugas sekolah yang menuntut fokus, sementara fisiknya sudah lelah.
  3. Jika saya sebagai Bapak Eling, yang saya lakukan adalah: 1) menerapkan kesadaran penuh mindfulness) dalam setiap kegiatan; 2) fokus pada satu kegiatan, misalnya menyelesaiakan proposal dahulu, baru mengoreksi pekerjaan siswa; 3) memandang masalah dari sudut pandang siswa, yaitu banyaknya kegiatan yang dikerjakan memerlukan perlakuan berbeda; dan 4) mengajak siswa atlet melakukan restitusi, tentang apa yang akan dilakukan untuk memenuhi tugasnya.


KASUS 4

Setelah selesai memeriksa proposal acara 17 Agustus, Bapak Eling mengirimkan proposal tersebut kepada kepala sekolah. Ternyata proposal yang dikirimkan oleh Bapak Eling dinilai tidak sesuai oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah meminta agar isinya sesuai dengan pengarahan awal yaitu agar acara lebih banyak melibatkan orang tua murid. Bapak Eling tidak menyangka jika dia harus melakukan koreksi dan koordinasi ulang dengan tim acara. Revisi proposal tentu akan memakan waktu lagi dan Bapak Eling sudah membayangkan ini akan menghambat tugas-tugasnya yang lain. Bapak Eling mengungkapkan hal ini kepada wakil ketua panitia. Bapak Eling mengungkapkan bahwa dia tidak mau mengubah proposal dan meminta Wakil  Ketua Panitia tersebut yang merevisi proposal.

  1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat,  dan jelas.
  2. Apa kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan kerangka atau panduan yang ada di artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya)
  3. Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

Jawaban :

  1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah merasa capek karena sudah mengerjakan proposal 17 Agustus bahkan dikerjakan di sela-sela sambil mengerjakan tugas-tugas penting lainnya sebagai guru. Pak Eling juga merasa kecewa karena ternyata proposalnya tidak diterima oleh kepala sekolah.
  2. Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling adalah : (a). Pengenalan diri/Pengelolaan Diri – Mengelola Emosi dan Fokus untuk Mencapai Tujuan. Hal ini dibutuhkan Pak Eling untuk bisa fokus pada apa yang sedang dihadapi saat itu dan apa yang sedang dikerjaan saat itu, meskipun beliau berperan sebagai ketua panitia tetapi beliau juga harus mengikuti arahan yang disampaikan oleh Kepala Sekolah selama itu baik. (b). Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi. Pak Eling bisa menanyakan ke diri sendiri terlebih dahulu apa yang sedang dia rasakan saat menghadap Kepala sekolah, apakah merasa capek, kecewa atau khawatir dengan hasil proposal yang disampaikan ke kepala sekolah. Setelah menemukan jawabannya Pak Eling bisa melanjutkan dengan melakukan metode STOP (berhenti sejenak, tarik nafas, amati apa yang sedang terjadi baik yang terjadi pada diri sendiri atau keadaan disekelilingnya, baru melanjutkan aktifitas selanjutnya) untuk mengembalikan kesadaran diri sepenuhnya pada saat ini. Dan mengambil langkah yang lebih baik kedepannya agar mendapatkan kesepakatan win-win solution. (c). Kesadaran Sosial - Keterampilan Berempati. Jika Pak Eling sudah memiliki pemahaman dan kemampuan mengenal serta mengelola diri sendiri, maka Pak Eling akan membangun kemampuan untuk menempatkan diri dan melihat perspektif orang lain. Pak Eling akan merasa tidak apa-apa jika ada orang lain yang tidak sepemahaman dengan dirinya, karena beliau menyadari bahwa suatu waktu beliau tidak juga harus sependapat dengan orang lain. (d). Keterampilan Berelasi – Kerja Sama dan Resolusi Konflik. Keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok, Bagaimana mengelola peran yang berbeda-beda?. Dalam berorganisasi semua orang harus mengerjakan tanggungjawab sesuai peran masing-masing. Pak Eling tinggal membuka ulang job description yang sudah ditetapkan dari awal. Untuk itu, penjabaran pekerjaan sangat penting disampaiakan dari awal sehingga tidak muncul saling lempar pekerjaan. (e) Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab. Pengambil keputusan yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek, alternatif pilihan, berikut konsekuensinya, sebelum kemudian mengambil keputusan. Begitupun Pak Eling yang sudah mengambil keputusan terhadap proposal tersebut. Dari awal kepala sekolah sudah mengarahkan untuk lebih banyak melibatkan wali murid, dan jika hal itu tidak dituangkan dalam proposal acara seharusnya Pak Eling harus berani mempertanggungjawabkannya dan menyampaikan alasan yang tepat dan masuk akal yang sekiranya bisa diterima oleh kepala sekolah.
  3. Jika saya sebagai Bapak Eling, yang saya lakukan adalah: (a) Karena dari awal kepala sekolah sudah mengarahkan untuk melibatkan lebih banyak orang tua, maka sebelum maju untuk menyampaikan proposal tentunya saya sudah menyiapkan alasan dan berbagai jawaban alternatif jika proposalnya ditolak oleh kepala sekolah untuk kemudian mendiskusikannya dan mencari jalan keluar yang terbaik mengingat waktunya sudah sangat terbatas. (b) Jika memang tidak diterima proposalnya, maka dengan penuh tanggung jawab saya akan mengumpulkan tim lagi dan berkoordinasi untuk mengatasi hal tersebut. Dan segera mengambil tindakan sesuai dengan yang saat itu dibutuhkan dengan pekerjaan saat itu yaitu segera merubah proposal, (c) Saling menguatkan dan memotivasi bahwa semua akan baik-baik saja, apalagi peran sebagai ketua panitia yang harus mampu menebarkan suasana yang positif ke seluruh anggota agar tidak muncul ke-chaos-an dalam tim.


KASUS 5

Setelah bekerja selama 5 tahun di sekolah yang sama, Bapak Eling merasa mulai kewalahan dengan berbagai tanggung jawab tambahan yang harus dijalankan. Bapak Eling mendapatkan tanggung jawab ekstra karena dipercaya oleh kepala sekolah. Kepala sekolah melihat pengalaman Bapak Eling sudah jauh lebih banyak dibandingkan guru-guru yang lain. Itu sebabnya, Bapak Eling diminta untuk menjadi penanggung jawab beberapa  acara penting di sekolah, menjadi wakil sekolah di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Awalnya Bapak Eling merasa tugas tambahan tersebut sangat menantang. Namun saat ini, dia tidak merasa tertantang lagi. Ditambah dirinya merasa bahwa akhir-akhir ini, kinerjanya sebagai guru juga semakin menurun. Karena itu, Bapak Eling terpikir untuk menulis surat pengunduran diri.

  1. Apakah situasi yang dihadapi  Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas.
  2. Apa kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling dalam menghadapi masalah tersebut? Jelaskan jawaban Anda. (Hubungkan dengan kerangka atau panduan yang ada di artikel-artikel yang telah dibaca sebelumnya)
  3. Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan?

Jawaban :

  1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah : (a) merasa capek karena beliau harus mengerjakan banyak tugas tambahan diluar tugas utamanya sebagai guru. (b) merasa bosan, karena harus mengerjakan rutinitas tugas tambahan yang hampir sama sedangkan guru lainnya tidak mendapatkan tugas sebanyak beliau. (c) merasa bingung, karena Pak Eling sudah tidak mampu menentukan skala prioritas dalam menyelesaikan berbagai macam tugas yang sedang diembannya. (d) merasa kecewa karena ternyata ada hasil pekerjaan yang menurutnya sudah dikerjakan begitu maksimal namun tidak diterima atasan dengan lapang dada. (e) merasa khawatir, karena sebetulnya beliau memahami tugas utamanya adalah mengajar tapi sering terbengkalai karena harus mengerjakan tugas tambahan lainnya.
  2. Kompetensi sosial dan emosional yang diperlukan  Bapak Eling adalah : (a) Pengenalan diri/Pengelolaan Diri – Mengelola Emosi dan Fokus untuk Mencapai Tujuan. Hal ini dibutuhkan Pak Eling untuk bisa fokus pada apa yang sedang dihadapi saat itu dan apa yang sedang dikerjaan saat itu, dengan peran multitasking harusnya Pak Eling lebih bijaksana dalam menentukan skala prioritas pekerjaan dan bijaksana dalam manajemen waktu. (b) Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi. Pak Eling bisa menanyakan ke diri sendiri terlebih dahulu apa yang sedang dia rasakan saat menghadap Kepala sekolah, apakah merasa capek, kecewa atau khawatir dengan hasil proposal yang disampaikan ke kepala sekolah. Setelah menemukan jawabannya Pak Eling bisa melanjutkan dengan melakukan metode STOP (berhenti sejenak, tarik nafas, amati apa yang sedang terjadi baik yang terjadi pada diri sendiri atau keadaan disekelilingnya, baru melanjutkan aktifitas selanjutnya) untuk mengembalikan kesadaran diri sepenuhnya pada saat ini. Pak Eling harus benar-benar mempertimbangkan untung ruginya jika sikap mengundurkan diri menjadi pilihannya. Dengan mengetahui kuantitas untung rugi, maka diharapkan tidak menjadi penyesalan panjang dikemudian hari. (c) Kesadaran Sosial - Keterampilan Berempati. Jika Pak Eling sudah memiliki pemahaman dan kemampuan mengenal serta mengelola diri sendiri, maka Pak Eling akan membangun kemampuan untuk menempatkan diri dan melihat perspektif orang lain. Pak Eling mempunyai atasan yang sudah percaya penuh kepada beliau dengan berbagai hal positif yang ada padanya dan tiba-tiba berniat mengundurkan diri ditengah tugas yang belum semuanya diselesaikan. Apakah Pak Eling sudah mempertimbangkan kondisi apa yang akan terjadi setelahnya untuk instansi, siapa yang akan mengambil dan menggantikan perannya, bagaimana agar kondisi itu tetap berjalan dengan orang-orang baru yang nanti akan menggantikan dirinya. Jika Pak Eling mau memposisikan diri sebagai kepala sekolah dalam ini, maka Pak Eling akan berfikir ulang niat mengundurkan diri di tengah-tengah tugas yang sedang diembannya. (d) Keterampilan Berelasi – Kerja Sama dan Resolusi Konflik. Keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok, Bagaimana mengelola peran yang berbeda-beda? Meskipun Pak Eling multitasking, semua pekerjaan akan teratasi dengan baik jika beliau memiliki komunikasi yang positif antar personil. Untuk itu kemampuan komunikasi dan hubungan personal yang saling menguntungkan harus terus dibina dan dikembangkan oleh Pak Eling. (e) Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab. Pengambil keputusan yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek, alternatif pilihan, berikut konsekuensinya, sebelum kemudian mengambil keputusan. Begitupun Pak Eling yang sudah mengambil keputusan menerimu beberapa tugas tambahan yang diberikan oleh kepala sekolah. Artinya Pak Eling harus bertanggung jawab penuh  dan berani mengambil konsekuensi dengan segala kemungkinannya.
  3. Jika saya sebagai Bapak Eling, yang saya lakukan adalah: (a) Benar-benar quality time disaat waktu senggang/libur dengan melakukan hobi yang bisa mengembalikan badan dan fikiran menjadi lebih segar. (b) Merenung dan merefleksikan apa yang sudah dikerjakan selama ini, apa yang sudah berhasil dan bagaimana bisa mencapainya untuk kemudian dijadikan peningkatan kedepannya? Apa yang membuat gagal dan mengapa bisa seperti itu untuk kemudian diambil hikmahnya, berbenah dan belajar lebih baik lagi agar peristiwa yang sama tidak terulang kembali. (c) Mempertimbanggkan segala keuntungan dan kerugian dari semua peran yang selama ini dijalankan. Apakah aspek dan dampaknya bagi diri sendiri, bagi keluarga dan terutama bagi instansi. Kemudian meninjau kembali dengan visi misi pribadi maupun organisasi. Apakah sudah sesuai visi misi tersebut atau justru sebaliknya. (d) Berbagi cerita atas semua suka duka/keluh kesah selama menjalankan tugas dengan orang yang benar-benar bisa dipercaya dan diharapkan bisa memberi solusi seperti keluarga, sahabat atau orang terdekat karena terkadang sudut pandang orang lain yang memahami diri kita bisa menjadi cermin terbaik bagi kita kedepannya. (e) Menyampaikan kelebihan dan kelemahan diri serta suka duka beberapa tugas kepada kepala sekolah dan mencoba berkoordinasi untuk langkah terbaik ke depannya terkait tugas-tugas lainnya. (f) Menyimpulkan titik temu dan dengan penuh tanggungjawab atas semua konsekuensi. Segala permasalahan pasti ada penyelesaiannya.


Share:

TOKO ONLINE "POTRET MATEMATIKA"

CHANNEL YOUTUBE

RUBEMA SMP

STATISTIK

Chat Me!

Followers

ADMIN : WAYAN SUBADRE

ADMIN : WAYAN SUBADRE

TUTORIAL SKP DAN DUPAK

TUTORIAL AKUN BELAJAR.ID

Blog Archive

VIDEO DOKUMENTASI

TUTORIAL GOOGLE CLASSROOM

TIPS & TRIK CPNS & PPPK