Seputar Pembelajaran Matematika dan Pemanfaatan IT

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Tempat Belajar Matematika dan Teknologi Informasi.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Berbagi Tentang Program Pendidikan Guru Penggerak.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Pemanfaatan Website Rumah Belajar Kemdikbudristek untuk Pembelajaran Inovatif.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Tutorial Aplikasi Google, Microsoft, dan Video Pembelajaran ada disini.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Laporan Penelitian, PTK, R n D, Best Practice, Jurnal, dan Prosiding.

Sabtu, 30 Oktober 2021

Jurnal Refleksi Minggu Ke-2 Calon Guru Penggerak

 


31 Oktober 2021

Kegiatan minggu ini masih mendalami modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara. Pada minggu kedua ini saya mengikuti kegiatan Ruang Kolaborasi-Unggah Kerangka Pembelajaran sesuai dengan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam LMS. Dalam kegiatan ini, saya menyempurnakan hasil presentasi Kerangka Pembelajaran sesuai dengan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara kemudian mengunggahnya pada LMS. Keesokan harinya adalah kegiatan Refleksi Terbimbing-Presentasi Kerangka Filosofis 'Merdeka Belajar', dengan menjawab empat pertanyaan pemantik yang jawabannya dibuat dalam bentuk narasi sesuai pengalaman belajar, pemikiran, dan perpektif ke depan. Pembelajaran berikutnya dalam alur MERRDEKA adalah Demonstrasi Kontekstual - Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam Karya. Dalam demonstrasi kontekstual ini saya membuat poster tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam implementasinya di kelas. Pembelajaran terakhir minggu ini adalah Elaborasi Pemahaman, yaitu Konferensi ‘Pemikiran Ki Hadjar Dewantara’ oleh Perguruan Taman Siswa dan sekolah SPK DYATMIKA Bali yang sudah menerapkan Merdeka Belajar dan beberapa kurikulum internasional melalui pertemuan virtual. Untuk menyimpulkan dan merefleksikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya membuat sebuah artikel pada blog pribadi saya.

Saya sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran minggu ini, semua tugas dapat terselesaikan tepat waktu meskipun dalam kondisi jadwal kegiatan lainnya yang cukup padat. Dalam sesi sinkron, saya menjadi lebih bersemangat karena ada pemaparan materi dari narasumber dan diskusi. Saya merasa belum mampu menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara secara sempurna dalam pembelajaran di kelas. 

Setelah menghadapi tantangan dan kendala, saya  merefleksi diri untuk menemukan cara mengatasinya. Adapun langkah yang saya ambil adalah dengan manajeman waktu dan menggunakan skala prioritas, saya dapat mengerjakan semua tugas tepat waktu. Saya juga telah menuangkan semua hasil belajar saya pada modul 1.1 ini ke dalam blog pribadi saya.


Share:

Jurnal Refleksi Minggu Ke-1 Calon Guru Penggerak

 


24 Oktober 2021

Minggu ini merupakan minggu perdana saya mengikuti PGP. Pembelajaran yang saya ikuti melalui LMS pada PGP ini sangat padat. Kegiatan pembelajaran menggunakan pola MERRDEKA. Pembelajaran dilaksanakan secara mandiri sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Disamping itu, pembelajaran juga dilakukan secara kolaboratif bersama anggota CGP yang lain dengan dibimbing oleh seorang fasilitator. Dengan sangat baik fasilitator menyampaikan penjelasan. Hal baik yang saya dapatkan dari pembelajaran minggu ini adalah membuka wawasan dan pengalaman tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Selain itu, saya juga dapat menjadi seorang pendidik yang siap mendesain kerangka merdeka belajar dalam rangka membentuk profil pelajar pancasila. Hal tersebut merupakan tugas yang sangat berat, namun setelah mengikuti pembelajaran minggu ini, saya berharap dapat membuka wawasan dan pemikiran saya untuk dapat menyusun strategi dalam mencapai tujuan tersebut.

Secara umum saya dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran melalui LMS ini, walaupun sempat kesulitan dalam mengumpulkan tugas tepat waktu karena kendala manajemen waktu dalam mengerjakan tugas-tugas lainnya. Sejauh ini semua berjalan lancar, walaupun ditemukan beberapa kendala kecil dalam pendidikan guru penggerak melalui LMS ini. Kendala tersebut terutama adalah kendala berupa teknis. Gangguan jaringan sempatmenjadi kendala terutama saat melakukan pertemuan virtual melalui Google Meet karena terjadi pemadaman listrik. Untuk mengatasi hal tersebut saya menyiapkan perangkat cadangan. Dengan demikian semua dapat berjalan lancar tanpa mengalami gangguan jaringan. Sedangkan terkait teknis dalam pengoperasian Google Meet tersebut saya sudah terbiasa menggunakannya. Hal ini dikarenakan saya sudah tidak asing dengan aplikasi ini dan sering menggunakan dalam pembelajaran di sekolah pada masa pandemi Covid-19 ini. Kendala lain adalah adanya benturan jadwal kegiatan ini dengan tugas pokok di sekolah dan saya sedang melanjutkan studi S2. Hal ini terkait deadline pengumpulan tugas berbenturan dengan kesibukan di sekolah dan kegiatan perkuliahan. Di tengah kesibukan sebagai guru dengan tugas tambahan wakasek kurikulum di sekolah dan sebagai mahasiswa di kampus, saya harus pandai membagi waktu. Saya harus bisa membuat skala prioritas dalam hal ini. Artinya menyelesaikan tugas tersebut sesuai dengan tingkat urgensinya. Dengan demikian, bukan tidak mungkin, salah satu dari tugas tersebut akan terkorbankan ketika harus memiliki deadline yang sama. Akan tetapi dengan mengomunikasikan hal ini dengan fasilitator, semua dapat diselesaikan dengan baik. 

Selama mengikuti pembelajaran ini saya merasa bersemangat dan bangga menjadi bagian dari program guru penggerak. Tidak semua orang memililki kesempatan menjadi guru penggerak. Dengan demikian saya mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran ini dengan semangat dan penuh konsentrasi. Jika satu rangkaian saja terlewati, seakan-akan terasa kita sudah tertinggal jauh dengan peserta yang lain. Walaupun pembelajarannya sangat padat, namun saya terus berusaha mengerjakan seluruh tagihan-tagihan yang diberikan.   Pembelajaran melalui LMS berbasis Moodle ini memang bukan sesuatu yang baru, karena saya sudah mengenal LMS ini sejak tahun 2015 saat mengikuti diklat online pertama kali. Semoga semangat dan perjuangan ini akan tetap terjaga sampai akhir program.
Share:

Jumat, 29 Oktober 2021

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 


Kesimpulan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara 

Pendidikan dan  Pengajaran merupakan dua istilah yang sangat perlu dipahami secara lebih mendalam oleh pendidik. Selama ini dua istilah ini sering dianggap sama. Menurut Ki Hadjar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia) antara pendidikan dan pengajaran adalah dua hal yang memiliki pengertian berbeda. "Pendidikan" menurut Ki Hadjar Dewantara adalah tuntunan bagi seluruh kodrat alam dan kodrat zaman yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya. Sedangkan "Pengajaran" adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin.

Menurut Ki Hadjar Dewantara pengajaran dan pendidikan harus selaras dan sejalan dengan penghidupan dan kehidupan bangsa agar semangat dan rasa cinta terhadap tanah air dapat terus terpelihara. Ki Hadjar Dewantara menekankan agar pendidikan selalu memperhatikan; a) Kodrat Alam dan Kodrat Zaman, b) Kemerdekaan, c) Kemanusiaan, d) Kebudayaan, dan e) Kebangsaan. Semua ini tujuannya yaitu agar terwujud pendidikan yang memerdekakan siswa.

Esensi merdeka dalam belajar meliputi 1) fokus pada tujuan; 2) mandiri terhadap cara mencapai tujuan; dan 3) bersifat reflektif. Semangat Merdeka Belajar itu pada dasarnya memiliki esensi memberikan kebebasan kepada anak untuk menggeluti bidang yang disukai.

Apakah murid saya sudah merdeka di dalam belajar? Pertanyaan ini muncul setelah saya memahami modul terkait filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara pada Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4 ini.

Sebelum saya mempelajari modul ini saya beranggapan bahwa murid saya itu adalah kertas putih kosong dan saya bebas mengisinya, maka saya pun mengisi mereka dengan memberikan transfer ilmu tanpa memikirkan apakah pembelajaran yang saya lakukan sudah bermakna bagi mereka atau tidak. Dalam pembelajaran yang saya lakukan saya lebih sering menggunakan strategi pembelajaran yang menurut saya sudah baik tetapi jarang memperhatikan kebutuhan siswa atau pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan. Saya juga jarang membuat kesepakatan bersama saat mengawali pelaksanaan pembelajaran, saya sering memberikan hukuman kepada siswa saat mereka tidak mengerjakan tugas-tugas yang saya berikan. Selain itu saya sangat menginginkan dalam pembelajaran yang saya lakukan siswa bisa tertib, duduk yang rapi, diam, dengan pandangan yang terpusat kepada gurunya. Semua itu saya anggap pelaksanaan pembelajaran yang sudah baik dan membuat murid saya dengan mudah memahami materi-materi yang saya sampaikan.



Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara 

Ketika saya cermati dan mengelaborasikan dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, semua itu ternyata sangat bertentangan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini. Ki Hadjar Dewantara memandang anak itu sebagai kertas putih yang sudah berisi coretan namun masih buram, nah tugas kita sebagai guru untuk menjadikan coretan yang buram itu semakin jelas. Artinya setiap anak sudah memiliki bakat dan potensinya masing-masing. Selanjutnya tugas kita sebagai guru untuk memunculkan dan mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut. Selain itu berdasarkan filosofi pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, kita harus memandang siswa kita sebagai individu yang berbeda dan unik. Setiap siswa punya gaya belajar dan potensinya masing-masing, sehingga kita sebagai guru harus melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kondrat anak tersebut. Artinya dalam melaksanakan pembelajaran guru harus selalu memperhatikan perbedaan individu dan juga melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Selain itu filosofi pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara yang perlu saya terapkan di dalam melaksanakan pembelajaran yaitu "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani". Sebagai seorang guru kita harus selalu memberikan teladan, membangun semangat, dan juga memberikan dorongan kepada murid kita, agar murid kita dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat dan potensi yang mereka miliki.

Kompleksitas persoalan pendidikan di Indonesia jika ditempatkan pada konteks kontemporer atau kekinian, pada titik tertentu terutama terkait dengan tiga hal mendasar, yang dalam perspektifnya Ki Hadjar Dewantara dikenal dengan konsep “Trikon”, yakni: “kontinuitas”, “konvergensitas”, dan “konsentrisitas”. Pertama, kontinuitas, berkaitan erat dengan konsep pentingnya apa yang dinamakan kesinambungan dalam proses perubahan dan pengembangan pendidikan. Kedua konvergensitas, fokusnya terkait dengan pemahaman tentang pentingnya pembagunan pendidikan yang mesti didasarkan pada perpaduan antara berbagai keragaman yang ada. Kemudian ketiga, konsentrisitas, maknanya terkait dengan gagasan ideal tentang pentingnya setiap upaya pembangunan sistem dan nilai-nilai pendidikan itu, yang semestinya tetap mempertahankan kemungkinan tetap tegak, teguh, dan kokohnya nilai-nilai budaya.

Adapun beberapa hal yang dapat segera saya lakukan agar kelas saya nantinya dapat mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara diantaranya; 
  1. Merancang dan melakukan asessmen diagnostik awal untuk mengetahui profil siswa;
  2. Merancang pembelajaran sesuai dengan hasil asessmen diagnostik awal yang telah dilakukan.
  3. Membuat kesepakatan belajar;
  4. Menciptakan  lingkungan belajar yang mendukung proses berpikir kritis dan pemecahan masalah untuk siswa;
  5. Memberikan variasi bentuk tugas sesuai dengan potensi siswa;
  6. Melakukan aktualisasi pendidikan karakter di dalam kelas sehingga terbangun karakter yang kuat di lingkungan sekolah dan masyarakat;
  7. Melaksanakan pembelajaran dengan metode bermain sambil belajar;
  8. Memfasilitasi sarana belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukan eksplorisasi kemampuan secara maksimal; dan
  9. Melakukan penilaian outentik;
Demikian kesimpulan dan refleksi tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Semoga bermanfaat.


Share:

Sekilas Tentang Rumah Belajar Kemdikbudristek

Rumah Belajar Kemdikbudristek merupakan portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antar komunitas. Rumah Belajar hadir sebagai bentuk inovasi pembelajaran di era industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat. Dengan menggunakan Rumah Belajar, siswa dapat belajar di mana saja, kapan saja dengan siapa saja. Seluruh konten yang ada di Rumah Belajar dapat diakses dan dimanfaatkan secara gratis.

Ada empat fitur utama yang disediakan, yaitu:

1. Sumber Belajar

2. Kelas Maya

3. Laboratorium Maya

4. Bank Soal

Adapun fitur penunjangnya sebagai berikut:
Share:

Kamis, 28 Oktober 2021

Poster Demonstrasi Kontekstual - Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara

Akar pendidikan Ki Hajar Dewantara menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian serta kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya. Berbicara mengenai pendidikan Indonesia, tidak terlepas dengan sosok Ki Hajar Dewantara. Pemikirannya yang sangat maju, terutama kepada kalangan bumiputra saat itu menjadikan ia sebagai tokoh nasional yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan kita.

Sebagai tokoh yang hidup dalam masa penjajahan kolonial, Ki Hajar Dewantara tentu turut merasakan bagaimana pendidikan kolonial Belanda yang menjatuhkan martabat bumiputra. Karenanya, bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan haruslah memerdekakan kehidupan manusia. Pendidikan mesti disandarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap dan berguna bagi masyarakat.

Hal itu dikarenakan kemerdekaan menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan, maka sistem pengajaran haruslah berfaedah bagi pembangunan jiwa dan raga bangsa. Untuk itu, menurut Ki Hajar Dewantara, bahan-bahan pengajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup rakyat.

Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Ia menginginkan siswa harus mengunakan dasar tertib dan damai serta kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang. Beberapa pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yaitu Trilogi Kepemimpinan, Perspektif Trikon, dan menciptakan dasar-dasar Profil Pelajar Pancasila.

Memajukan pertumbuhan budi pekerti dan pikiran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup. Yaitu kehidupan yang selaras dengan perkembangan dunia tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan. Dunia yang terus mengalami perkembangan, pergaulan hidup antar satu bangsa dengan bangsa lainnya tidak dapat terhindarkan. Pengaruh kebudayaan dari luar pun semakin mungkin untuk masuk berakulturasi dengan kebudayaan nasional. Oleh karena itu, seperti dianjurkan Ki Hajar Dewantara, haruslah kita memilih mana yang baik untuk menambah kemuliaan hidup dan mana kebudayaan luar yang akan merusak jiwa rakyat Indonesia dengan selalu mengingat: semua kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus terorientasikan dalam pembangunan martabat bangsa.


Share:

Poster Kerangka Filosofi “Merdeka Belajar”

Merdeka belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan siswa dalam menentukan sistem pembelajaran. Diharapkan merdeka belajar dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik serta memberikan manfaat pada lingkungan.

Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan pendidikan yang memerdekakan. Tujuan pendidikan adalah memerdekakan. Merdeka berarti setiap anak dapat memilih menjadi apa saja, dengan asumsi adanya penghargaan terhadap kemerdekaan yang dimiliki oleh orang lain.

Secara garis besar, kerangka filosofi Mereka Belajar yang mengacu pada Profil Pelajar Pancasila dapat dilihat pada poster berikut ini.



Share:

Kerangka Pembelajaran sesuai dengan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 


Pilih satu “Profil Pelajar Pancasila” dalam mengembangkan kerangka “Merdeka Belajar”

Gotong Royong

Identifikasi sumber daya dan potensi minimal tiga potensi yang dimiliki oleh sekolah dan kelas Anda yang mendukung Merdeka belajar.
  1. Sumber Daya Manusia (Peserta Didik yang memiliki kepribadian yang baik, intelektual yang bagus, dan jasmani yang kuat)
  2. Sumber Daya Fisik (Sarana dan Prasarana seperti alat alat kebersihan, komputer)
  3. Sumber Daya Informasi (alat komunikasi berupa HP, media sosial, poster, dan lainnya)

Alur kerangka Merdeka belajar adalah sebagai berikut.

Tujuan utama pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang Hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

Profil Pelajar Pancasila 

Gotong Royong

Kompetensi Pelajar Pancasila

Mampu menerapkan kolaborasi yang baik, kepedulian dan berbagi dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah.

Indikator Ketercapaian

    1. Peserta didik mampu menerapkan kolaborasi yang baik dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah.
    2. Peserta didik mampu memiliki kepedulian terhadap orang lain dan lingkungannya dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah.
    3. Peserta didik mampu berbagi tentang berbagai hal dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah.

Elaborasi hingga pelaksanaan konkrit di sekolah dan di kelas

Apa yang akan dilakukan untuk mencapai profil pelajar Pancasila yang dipilih?

Membuat kesepakatan, berdiskusi, berkolaborasi dengan guru lain.

Mengapa memilih profil pelajar Pancasila yang dipilih?

Karena sikap gotong royong merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap peserta didik dalam menghadapi segala tantangan di era digital ini, berkolaborasi bahu membahu dalam membangun negeri, peduli terhadap sesama yang memiliki masalah, dan berbagi dalam berbagai aspek dalam membangun negeri.

Bagaimana pencapaian profil pelajar Pancasila yang dipilih?

Sikap gotong royong akan tercapai apabila semua pihak ikut terlibat dalam pencapaiannya.

Program Sekolah :

  • Sabtu budaya (dimana setiap hari sabtu pagi terdapat kegiatan gotong royong membersihkan kelas dan lingkungan sekolah selama 2 JP setelah senam gemar gatra dilaksanakan)

  • Jumat bersih. 

  • Peduli dan Berbagi bila terjadi musibah seperti bencana alam, kebakaran, dan sebagainya. 

  • Mengoptimalkan Kegiatan Pramuka, UKS, PMR maupun PIK-R di sekolah.

Guru Mata Pelajaran :

  • Menggunakan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang mengutamakan sikap gotong royong dalam setiap kegiatan pembelajaran, seperti mengadakan diskusi kelompok, penyelidikan kelompok, maupun proyek kelompok.

Wali Kelas :

  • Memberdayakan peserta didik binaannya agar melakukan pembersihan setiap pagi di kelasnya masing-masing sebelum kegiatan pembelajaran dimulai sesuai jadwal piket kebersihan yang telah disepakati bersama. 

  • Menjenguk peserta didik yang sakit.

OSIS :

  • Saling membantu atau peduli jika ada warga sekolah mengalami suka maupun duka.

Siapakah para pihak yang terlibat dan bagaimana peran mereka?

Orang tua, guru mata pelajaran, wali kelas, dan semua civitas akademik yang ada di sekolah serta anggota masyarakat disekitarnya. Peran mereka yaitu sebagai teladan atau contoh dalam penerapan sikap gotong royong ini. Begitupun juga dengan pengawas atau Dinas pendidikan : mendukung program sekolah dalam mewujudkan profil pelajar pancasila. 


Share:

Mulai dari Diri - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

TULISAN REFLEKTIF KRITIS

Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?

Akar pendidikan Ki Hajar Dewantara menempatkan kemerdekaan sebagai syarat mutlak dan juga tujuan utama dalam membentuk kepribadian serta kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar siswa selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya. Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dipaksakan. Siswa harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang.
Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara menganjurkan kita harus memilih mana yang baik untuk menambah kemuliaan hidup dan mana kebudayaan luar yang akan merusak jiwa rakyat Indonesia dengan selalu mengingat: semua kemajuan ilmu pengetahuan harus berorientasi pada pembangunan martabat bangsa.

Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus? 

Seiring dengan pemikiran manusia yang bermacam-macam dan dipandang cocok dengan pendidikan di suatu tempat dan waktu tertentu,  hal ini membuat pemikiran Ki Hajar Dewantara  tentang pendidikan mulai terlupakan. Namun ada berbagai pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara yang masih relevan hingga saat ini yaitu pendidikan dengan sistem among dan Tri Pusat Pendidikan yang memberikan suatu kebebasan berpikir kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitas yang ada dalam dirinya sesuai dengan penerapan kurikulum 2013. Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang berbasis pendidikan karakter seperti nilai keagamaan, kedisiplinan, kejujuran dan tanggung jawab dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan moral pendidikan abad ke 21

Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?

Peran guru menurut perspektif Ki Hadjar Dewantara adalah pendidik yang menjadi teladan bagi siswanya lalu dapat mengarahkan dan menuntun dengan benar tanpa adanya paksaan potensi yang dimiliki oleh siswa agar mereka menjadi manusia yang merdeka batinnya, pikirannya, serta tenaganya dan dengan pendidikan, mereka dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama, sehingga bisa mengangkat derajat negaranya.
Pandangan beliau tentang peran guru yang baik atau ideal tercermin dari semboyan-semboyan yang telah ia canangkan, misalnya ing ngarso sung tulodo (apabila di depan memberi contoh), ing madyo mangun karso (apabila di tengah memberi semangat), tut wuri handayani (apabila di belakang memberi dorongan).
Namun bagi saya, perspektif tersebut belum maksimal saya implementasikan dalam menjalankan aktivitas sebagai seorang pendidik. Masih banyak hal yang perlu dibenahi dan dikembangkan.

HARAPAN DAN EKSPEKTASI

Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?

Beberapa yang saya harapkan dapat saya pelajari dari modul ini adalah:
  1. mampu memahami pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan melakukan refleksi-kritis terkait pemikiran-pemikirannya.
  2. membuat perubahan secara nyata dalam penerapan pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
  3. mampu berpikir reflektif dan kritis terhadap pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara.
  4. mampu membandingkan penerapan pendidikan abad ke-21 dengan filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?

Saya berharap siswa saya dapat belajar sesuai dengan filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang memberikan suatu kebebasan berpikir kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitas yang ada dalam dirinya.

Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Saya berharap ada materi tentang mendemonstrasikan pemahaman terhadap pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya terhadap konteks Pendidikan Indonesia saat ini dengan membandingkan penerapan pendidikan abad ke-21 pada konteks nyata di sekolah.
Share:

TOKO ONLINE "POTRET MATEMATIKA"

CHANNEL YOUTUBE

RUBEMA SMP

STATISTIK

Chat Me!

Followers

ADMIN : WAYAN SUBADRE

ADMIN : WAYAN SUBADRE

TUTORIAL SKP DAN DUPAK

TUTORIAL AKUN BELAJAR.ID

Blog Archive

VIDEO DOKUMENTASI

TUTORIAL GOOGLE CLASSROOM

TIPS & TRIK CPNS & PPPK