Seputar Pembelajaran Matematika dan Pemanfaatan IT

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Tempat Belajar Matematika dan Teknologi Informasi.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Berbagi Tentang Program Pendidikan Guru Penggerak.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Pemanfaatan Website Rumah Belajar Kemdikbudristek untuk Pembelajaran Inovatif.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Tutorial Aplikasi Google, Microsoft, dan Video Pembelajaran ada disini.

SELAMAT DATANG DI WEBSITE POTRET MATEMATIKA

Laporan Penelitian, PTK, R n D, Best Practice, Jurnal, dan Prosiding.

Jumat, 22 April 2022

Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

 Nama Fasilitator : I Ketut Latri 

 Nama Pengajar Praktik : I Made Sadia 

 Nama Calon Guru Penggerak : Wayan Subadre 

Dalam menjalankan profesi sebagai pendidik, saya sering berada dalam situasi dilema etika maupun bujukan moral, dan sayapun membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai yang saya yakini dan juga berdasarkan peraturan yang berlaku. Sayapun belum memiliki prinsip yang jelas dan dasar pengetahuan tentang bagaimana keputusan yang baik itu dibuat. Sehingga sayapun sering berkonsultasi dengan teman sejawat dalam pemecahan masalah yang saya hadapi, karena memang saya juga belum merasa percaya diri dan masih ragu dalam mengambil keputusan sendiri.

Setelah mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya menyadari bahwa pengambilan keputusan merupakan tugas paling berat yang diemban sebagai pemimpin pembelajaran, karena keputusan yang dibuat sebagai pemimpin pembelajaran akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap institusi atau dalam hal ini sekolah sebagai institusi moral, dimana guru berperan sebagai teladan yang digugu dan ditiru, dan keputusan tersebut juga berdampak pada murid-murid bahkan mutu pendidikan di sekolah.

Saya juga menyadari perlunya dasar pengetahuan dalam mengambil keputusan yang memiliki etika, prinsip-prinsip pengambilan keputusan, nilai-nilai atau paradigma berpikir, maupun langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga menghasilkan keputusan yang bertanggungjawab dan berpihak pada murid. Saya merasa bersyukur karena dalam modul 3.1 ini saya dapat memahami tentang pengambilan keputusan yang tepat dan menjadi lebih percaya diri dan berani mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan di modul 3.1 ini.

Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.

Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu :

§  Ing ngarso sung tulodo, yang artinya di depan menjadi teladan. Dalam pengambilan keputusan maka seyogyanya seorang guru harus menerapkan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil adalah dapat dijadikan contoh atau teladan bagi murid-murid baik di kelas maupun kehidupan pribadinya. Dengan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam proses pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada murid dalam hal bagaimana mengambil keputusan yang tepat yang tentu saja akan berdampak pada well being murid kita.

§  Ing madya mangun karsa, artinya di tengah membangun semangat. Hal ini seyogyanya keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan semangat bagi murid untuk belajar dan mengembangkan potensi diri.

§  Tut wuri handayani. yang artinya di belakang memberi dukungan dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang di ambil harus memberikan dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan berpegang teguh pada prinsip atau filosofi pratap triloka. Dimana ketiga nilai yaitu sebagai teladan, sebagai motivator, pemberi dukungan yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka akan memberikan dasar yang baik dalam pengambilan keputusan , nilai-nilai tersebut yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, bertanggungjawab dan berpihak pada kepentingan murid.

Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan.

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang akan mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah dan prinsip kita dalam memutuskan sesuatu. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru hendaknya berpegang teguh pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan universal serta nilai tanggungjawab sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan yang menguatkan intuisi dan juga cara pandang kita terhadap masalah sehingga bisa mempertajam analisa terhadap kasus dilema etika maupun bujukan moral yang dialami dan menguatkan paradigma berpikir maupun prinsip berpikir kita sehingga kita berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Kaitan pengambilan keputusan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) dalam proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil.

Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan diambil keputusannya, dimana coach membantu coachee menguraikan masalahnya dengan pertanyaan terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach mengarahkan coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari beragam alternatif pilihan-pilihan solusi atas masalahnya.

Kegiatan terbimbing pada materi pembelajaran, sangat membantu sekali dalam mengarahkan guru pada pengambilan keputusan yang tepat dan guru sebagai coachee dapat menganalisis keputusan yang telah diambil, dengan pertanyaan–pertanyaan yang bisa merangsang metakognisi/berpikir kritis terhadap keputusan sehingga guru sebagai coachee bisa mengeksplorasi potensi diri dan menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid sehingga gurupun dapat mengoptimalkan potensi murid melalui coaching dalam pengambilan keputusan.

Secara umum proses coaching merupakan kegiatan kemitraan antara coach dan coachee yang membantu coachee untuk membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi. Tahap demi tahap proses coaching dari segi tujuan, identifikasi masalah, rencana aksi dan tanggungjawab berisi pertanyaan reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi coachee pada proses pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan coachee pada pengambilan keputusan yang tepat.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

Sebagai seorang pendidik, kemampuan kita dalam melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan belajar murid. Perbedaan kesiapan belajar, minat murid, dan gaya belajar murid di kelas harus menjadi aspek utama dalam perencanaan pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat diakomodasi dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus dalam memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan sehingga dapat mewujudkan kemerdekaan belajar bagi murid.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang bisa berupa nilai kejujuran, loyalitas, keadilan, kepedulian terhadap orang lain, memenuhi janji dan lainnya. Nilai yang ada tersebut akan menentukan prinsip dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam membuat keputusan tentu sering menggunakan lebih dari satu pertimbangan rasional yang didasarkan nilai-nilai etika yang dipahami dan dianutnya.

Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien  sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut seseorang akan menentukan sudut pandang, kecenderungan paradigma dan prinsip yang diambil seseorang dalam membuat keputusan.

Dilema etika adalah situasi dimana terjadi pertentangan batin karena terdapat situasi yang memiliki situasi yang sama benar namun bertentangan. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil merefleksikan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi.

untuk itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru harus memegang teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

4 Paradigma berpikir, yaitu:

§  Individu lawan masyarakat (individual vs community)

§  Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

§  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

§  Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3 Prinsip Berpikir, yaitu:

§  Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

§  Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

§  Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu:

Langkah 1 :  Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Langkah 2 :  Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

Langkah 3 :  Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

Langkah 4 :  Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

1. Uji Legal

2. Uji Regulasi/Standar Profesional

3. Uji Intuisi

4. Uji Halaman Depan Koran

5. Uji Panutan/Idola

Langkah 5 :  Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?

Langkah 6 :  Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai

Langkah 7 :  Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Langkah 8 : Apa keputusan yang akan Anda ambil?

Langkah 9 : Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Dampak pengambilan keputusan yang tepat, pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki konsekuensi positif terhadap institusi atau lembaga dimana kita berada. Pengambilan keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai pemimpin pembelajaran, karena secara langsung atau tidak langsung keputusan kita akan berpengaruh terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau lingkungan tempat kita berada, dan terutama komunitas dimana kita berada atau murid yang mungkin juga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.

Sehingga dalam membuat keputusan kita harus memikirkan konsekuensi keputusan kita, dengan memikirkan terlebih dahulu keputusan kita menggunakan prinsip pengambilan keputusan yang efektif. Karena jika keputusan kita tepat, maka akan terwujud lingkungan yang positif, juga kondusif serta aman dan nyaman, karena keputusan kita menentukan hal tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jika kita salah mengambil keputusan, tentu konsekuensinya juga tidak akan baik dan berpengaruh buruk pada lingkungan dan orang-orang yang terdampak secara langsung maupun tidak langsung dengan keputusan kita.

Kesulitan-kesulitan di lingkungan yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini.

Kesulitan yang terjadi di lingkungan antara lain:

§  Perbedaan cara pandang dan kepentingan dari orang-orang yang berada dalam masalah dan juga sulitnya merubah mindset atau pola pikir orang lain dalam memandang kasus dilema etika. Untuk bisa menghasilkan keputusan yang tepat, tentu kita harus memiliki dasar pengetahuan bagaimana orang orang hebat mengambil keputusan, prinsip ataupun paradigma apa yang digunakan dan juga bagaimana menguji tepat atau tidaknya keputusan kita. Sehingga kita bisa memastikan apakah keputusan itu tepat tidak. Kesulitannya adalah merubah cara pandang mengenai prinsip pengambilan keputusan ini,sehingga bisa searah dalam pengambilan keputusan.

§  Nilai dan budaya masyarakat yang ada di lingkungan, kesulitannya adalah bagaimana mengakomodasi nilai budaya di lingkungan dalam keputusan yang di ambil sehingga bisa menghasilkan keputusan yang tentunya tepat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral umum.

§  Paradigma berpikir setiap orang yang berbeda dan begitu juga dengan skala prioritas sehingga sulit bagi kita juga dalam mengambil keputusan yang bisa dipahami dan diterima semua orang.

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita.

Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran tentunya harus memerdekakan murid-murid kita. Keputusan seorang guru dalam proses pembelajaran hendaknya dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang bisa mengarahkan murid pada pengembangan potensi murid, kebebasan berpendapat dan kebebasan mengekspresikan diri sendiri dalam proses pembelajaran sehingga mereka mendapatkan kemerdekaan belajarnya.

Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya.

Kita sudah mengetahui bahwa salah satu tugas terberat sebagai pemimpin pembelajaran adalah mengambil keputusan yang tepat, karena kita sadar bahwa keputusan yang kita ambil akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung kepada sekolah atau institusi dimana kita berada terutama kepada murid kita. Kita juga harus memahami bahwa keputusan yang kita ambil memiliki konsekuensi apalagi keputusan kita yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran. Ketika kita mengambil keputusan yang berpihak pada murid maka murid kita akan belajar menjadi orang yang merdeka dan juga bisa mengambil keputusan yang tepat kelak dan tumbuh menjadi pribadi yang matang dan cermat dalam mengambil keputusan.

Saya teringat kasus dilemma etika yang disajikan pada eksplorasi konsep modul 3.1, dimana seorang murid mencontek di ujian hanya untuk bisa lulus pada mata pelajaran yang tidak dia mengerti, sebuah dilema seorang guru apakah memberitahukan hal ini dengan resiko anak tidak lulus ujian ataupun merahasiakannya demi masa depan anak tersebut. Nah disini saya bisa merefleksikan pengambilan keputusan guru pada situas ini dapat mempengaruhi masa depan murid. Selain prinsip kejujuran yang kita yakini dan aturan yang kita ikuti, ada perspektif lain yang kita harus sadari yaitu unsur keberpihakan pada murid kita atau kemaslahatan murid.

Dimana dalam situasi dilema etika dimana kita harus membuat keputusan, maka 4 paradigma pengambilan keputusan menjadi hal utama yang dipegang, dimana sebagai mahluk sosial yang hidup dengan nilai dan peraturan yang berlaku, maka terkadang adalah hal yang benar untuk mengikuti aturan namun juga terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan benar. Pilihan untuk memegang aturan dapat dibuat berdasarkan rasa keadilan, namun pilihan untuk membengkokkan aturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan atau kebaikan kepada murid. Prinsip berpikir inilah yang menjadi penting bagi pemimpin pembelajaran dalam membuat keputusan demi masa depan murid. Dengan menganalisis kasus yang kita alami atau situasi yang kita alami sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah terutama yang berdampak kepada murid, maka kita harus memegang 4 paradigma dilema etika sehingga kita bisa mengambil keputusan yang tepat demi masa depan murid.

Kesimpulan materi modul dan keterkaitannya materi modul 3.1 dengan modul-modul sebelumnya.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu menerapkan Prinsip Pratap Triloka dari Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai penuntun, guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai yang berpihak pada murid dengan berpedoman pada nilai-nilai moral, religiusitas dan nilai kebajikan universal serta bertanggungjawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.

Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga kejelasan visi, misi sekolah, budaya dan nilai-nilai sebagai acuan pengambilan keputusan di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Guru juga harus mengedepankan kemerdekaan belajar murid dengan mengarahkan murid pada proses penggalian dan pengembangan potensi murid melalui proses coaching sehingga murid dapat mengambil keputusan yang tepat dan hal ini akan memudahkan murid dalam menentukan masa depannya kelak.

Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill). Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada dalam situasi dilema etika maupun bujukan moral, kita menggunakan prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipertanggungjawabkan dan juga bermanfaat. Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil keputusan strategi diferensiasi yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan murid pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses coaching sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.

Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat paradigma pengambilan keputusan, tiga prinsip resolusi berpikir dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Untuk itu, proses berlatih dalam menerapkan kemampuan pengambilan keputusan ini menggunakan empat paradigma, tiga prinsip dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan harus laksanakan sebagai aksi nyata yang langsung diterapkan dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah.

Share:

Selasa, 19 April 2022

Demonstrasi Kontekstual - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Pendidikan guru penggerak merupakan sebuah program Kemdikbudristek yang memiliki skema berbeda dengan diklat yang diselenggarakan sebelumnya. Pola diklat yang di gunakan dalam diklat guru penggerak ini menggabungkan pola–pola diklat yang sudah terbukti keberhasilannya untuk memberikan perubahan pada murid. Selama saya mengikuti Program guru penggerak ini, saya merasakan banyak perubahan  baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan baru serta pengalaman baru yang saya rasa berbeda dan benar-benar mengembangkan potensi saya sebagai guru.

Sesuai dengan peran seorang guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran, saya sadar tugas sebagai pemimpin pembelajaran tidaklah mudah, terutama dalam mengambil keputusan yang tepat. Ketika saya mempelajari modul 3.1 ini saya baru menyadari bahwa banyak hal atau keputusan penting yang harus di lakukan seorang guru baik di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam kehidupan pribadi sebagai anggota keluarga maupun dalam berinteraksi sosial di masyarakat. Saya menyadari hal yang penting adalah memiliki dasar pengetahuan bagaimana mengambil keputusan yang tepat. Dasar pengetahuan inilah yang saya dapatkan dalam modul 3.1 ini. Kini saya baru menyadari cara mengambil dan menguji keputusan yang efektif dan membedakan kasus atau situasi yang saya hadapi apakah itu dilema etika atau bujukan moral. Dua pengetahuan ini menjadi sebuah landasan penting bagi saya untuk terus berlatih mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat. Karena saya sadar sesadar sadarnya bahwa keputusan yang saya ambil memiliki konsekuensi dan untuk itu saya harus mengikuti bagaimana pola berpikir dan mengambil keputusan orang-orang hebat.

Dalam mentransfer pengetahuan yang saya dapatkan dalam program guru penggerak, saya telah berkomunikasi dengan kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan di sekolah. Saya juga akan melakukan pengimbasan kepada rekan sejawat tentang praktik baik pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, budaya positif, praktik coaching, dan juga pembelajaran berdiferensiasi serta pembelajaran sosial dan emosional. Saya juga akan berkolaborasi dengan rekan sejawat yang tergabung dalam komunitas praktisi yang ada di sekolah. Pengetahuan yang saya dapatkan dalam program guru penggerak tidak hanya akan saya terapkan dalam pembelajaran di kelas saja, namun akan saya terapkan pada kegiatan-kegiatan sekolah dan lingkungan tempat tinggal saya dalam menghadapi situasi dilema etika maupun bujukan moral.

Langkah-langkah awal yang akan saya lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran adalah sebagai berikut.

1.    Pertama, saya akan menelaah situasi yang saya hadapi, kemudian menentukan paradigma dilema etika apa yang akan digunakan dalam menyelesaikan situasi tersebut, apakah individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan, keadilan lawan rasa kasihan, atau jangka pendek lawan jangka panjang.

2.    Kedua, berdasarkan paradigma tersebut, saya akan memilih prinsip yang akan saya gunakan dalam pengambilan keputusan, apakah prinsip berpikir berbasis hasil akhir end based thinking), berpikir berbasis peraturan role based thinking), ataukah berpikir berbasis rasa peduli care based thinking).

3.    Ketiga, berdasarkan paradigma dan prinsip dilema etika yang dipilih dalam situasi yang dihadapi, saya akan melakukan pengambilan dan pengujian keputusan dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Sebagai seorang guru yang ingin terus memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan kompetensi diri, saya akan menerapkan langkah-langkah tersebut mulai saat ini. Saya juga akan konsisten melaksanakannya hingga saya mahir dan terbiasa melakukan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Dalam melakukan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, saya meminta petunjuk kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan di sekolah. Saya juga akan berkoordinasi dan berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam menghadapi situasi dilema. Rekan sejawat juga akan saya libatkan sebagai teman berdiskusi dan bertukar pikiran ketika menghadapi situasi/masalah, karena saya yakin rekan sejawat memiliki pengalaman dalam menyelesaikan masalah. Rekan Calon Guru Penggerak CGP) juga akan saya libatkan sebagai teman berdiskusi dan bertukar pikiran, karena mereka memiliki pengalaman dan kompetensi melakukan pengambilan keputusan. Dengan melibatkan kepala sekolah, rekan sejawat, dan rekan CGP, saya akan mengetahui apakah langkah-langkah yang saya ambil sudah tepat dan efektif berdasarkan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Share:

Senin, 18 April 2022

Refleksi Terbimbing - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 


Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Berdasarkan apa yang sudah saya pelajari di modul 3.1 saya mampu membedakan antara diema etika dan bujukan moral. Dimana dilema etika merupakan situasi dimana terjadi pertentangan dua kebenaran  atau  benar vs benar, sementara bujukan moral adalah situasi dimana terjadi sebuah pertentangan benar lawan salah, sehingga saya menyadari benang merah antara keduanya. Hal yang tidak terduga adalah pada saat awal saya mempelajari dilemma etika, saya merasa terjebak dalam menentukan sebuah kasus  antara bujukan moral dan dilema etika, malahan ada kasus dilema etika yang saya kategorikan bujukan moral, sehingga saya merasa keputusan saya selama ini yang buat sebelum mempelajari modul ini cenderung kaku atau hanya berbasis peraturan sehingga saya merasa untuk melenceng dari aturan itu sulit. Ketika mempelajari dilema etika saya merasa ada kalanya kita perlu melenceng dari aturan untuk kemaslahatan yang lebih besar, sehingga paradigma pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan dilema etika sangatlah penting dilakukan. Begitu pula 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan adalah langkah yang sangat runut dan terarah yang sangat berguna dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang saya ambil.

Empat paradigma pengambilan keputusan  yaitu

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang saya hadapi betul- betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

Saya juga sudah memahami tentang tiga prinsip pengambilan keputusan yang terdiri atas 3 prinsip yaitu

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Konsep lain yang sangat penting adalah 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya merasa langkah ini sangat penting untuk memantapkan keputusan yang saya ambil, jika saya sudah melakukan 9 uji ini maka saya bisa memastikan keputusan saya efektif. Menurut saya, 9 langkah ini sangat detail dan terstruktur dan juga memudahkan dalam mengambil keputusan karena runut dan terpola dengan baik.

9 langkah tersebut adalah :

Langkah 1 : Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Langkah 2 : Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini 

Langkah 3 : Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

Langkah 4 : Pengujian benar atau salah, yang terdiri atas:

Uji Legal

menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

Uji Regulasi/Standar Profesional

Berhubungan dengan pelanggaran peraturan atau kode etik.

Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. 

Uji Halaman  Depan Koran

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi bujukan moral atau benar lawan salah. 

Uji Panutan/Idola 

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda. 

Langkah 5 : Pengujian Paradigma Benar lawan Benar 

Mengidentifikasi paradigm sanagt penting karena, ini bukan hanya an permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

Langkah 6 : Melakukan Prinsip Resolusi , yang terdiri dari 3 prinsip berpikir yaitu:

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Langkah 7 : Investigasi Opsi Trilemma 

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.

Langkah 8 : Buat Keputusan

Langkah 9 : Tinjau lagi keputusan dan refleksikan

Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut dalam proses Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda hadapi selama ini.  Alam komunitas praktisi anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil. Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.

Pada saat rapat kenaikan kelas dibeberkan fakta bahwa ada seorang murid, anak dari salah satu pegawai Tata Usaha dan merupakan cucu dari pengurus komite yang secara peraturan tidak bisa naik kelas karena berdasarkan nilai ada 4 mata pelajaran yaitu BI, IPA, MTK dan PJOK di bawah KKM. Nilai sikap didominasi nilai cukup. Orang tua anak tersebut yang kebetulan rekan staf TU di sekolah saya meminta kebijakan kepada 4 guru mata pelajaran di bawah KKM termasuk saya selaku wali kelas untuk membantu menaikkan nilai hingga batas KKM, dengan alasan latar belakang keluarga yang diakuinya suasana rumah tidak mendukung anak tersebut dalam proses pembelajaran (korban perceraian), dan anak tersebut merupakan cucu kesayangan dari pengurus komite sekolah yang saat itu sedang sakit jantung. Demikian juga dengan kepala sekolah dengan alasan nama baik sekolah.

Setelah itu saya menganalisis paradigma apa yang digunakan dalam studi kasus tersebut yaitu menggunakan paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan (Justice vs Mercy) dengan prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Setelah itu saya melakukan uji keputusan saya tersebut menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah mengalami masalah yang berhubungan dengan dilema etika. Keputusan yang saya ambil pada saat itu sering berdasarkan intuisi saya atau berdasarkan nilai-nilai yang saya pegang dan juga berdasarkan kepedulian kepada orang lain. Sehingga ketika saya mempelajari modul 3.1, saya merasa care based thinking adalah sebagai sebuah prinsip yang dipakai secara umum dalam mengambil keputusan terutama yang berhubungan dengan  masalah dilema etika.

Sedangkan untuk kasus bujukan moral, saya pernah berada dalam situasi tersebut, namun ketika itu terjadi saya berusaha mengambil keputusan dengan memikirkan dan menganalisis salah dan benar dari situasi yang saya hadapi dan saya mengambil keputusan dengan meminta second opinion dari teman sejawat ataupun keluarga yang saya anggap lebih berpengalaman atau sebagai panutan saya. Walaupun langkah pengambilan keputusan saya tidak sama persis seperti konsep yang saya pelajari di modul namun ada usur kesamaan yaitu menganalisis unsur kebenaran lawan kesalahan dan juga uji panutan atau idola.

Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 ini saya merasakan lebih percaya diri  dalam mengambil keputusan terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Saya lebih percaya diri karena bisa memastikan keputusan yang saya ambil tepat atau efektif karena sudah melalui proses pengujian keputusan yang terdiri dari 9 langkah tersebut, walaupun saya juga harus tetap belajar dan sharing kepada teman sejawat yang sudah berpengalaman untuk memastikan keputusan saya sesuai atau keputusan saya tersebut tepat. 

Saya juga merasakan mendapat pengetahuan yang berharga terutama sebagai individu dalam memandang permasalahn yang saya hadapi.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?

Menurut saya pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini sangat penting bagi saya sehingga saya bisa mengambil keputusan yang tepat dan efektif, serta tidak gegabah dalam mengambil keputusan baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini saya merasa bahwa banyak hal atau keputusan yang saya buat selama ini tidak berdasar alur pemikiran yang jelas dan terstruktur, sehingga setelah mendapat materi di modul 3.1 mengenal bagaimana prinsip pengambilan keputusan yang tepat, pola pengambilan keputusan serta membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta penggunaan 9 langkah pengambilan keputusan, membuat saya semakin mantap dan percaya diri untuk bisa mengambil keputusan yang tepat. Walaupun saya harus lebih banyak lagi berlatih lagi dan belajar untuk melatih kemampuan pengambilan keputusan ini dan menerapkan ilmu yang sudah saya peroleh tapi saya sangat bersyukur bisa mendapatkan pengetahuan bagaimana orang-orang hebat mengambil keputusan yang tepat.

Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?

Hal yang bisa saya lakukan untuk membuat dampak pada lingkungan atau komunitas saya adalah:
  • Membagi materi tentang pengambilan keputusan ini melalui grup wa sekolah maupun secara formal melalui kegiatan komunitas praktisi di sekolah.
  • Mengajak teman sejawat berkolaborasi dalam mengambil keputusan atas kasus yang terjadi di sekolah dengan memanfaatkan pengetahuan cara pengambilan keputusan yang sudah saya pelajari.
  • Menerapkan konsep-konsep mengenai prinsip dan 9 cara pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan pada saat saya mengalami keadaan atau situasi dilema etika
Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?.

Hal lain yang perlu dipelajari  dalam proses pengambllan keputusan adalah bagaimana tehnik yang kita harus lakukan dalam melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan sehingga tidak terkesan berkonsultasi yang berlebihan terhadap suatu masalah. Dan juga bagaimana tehnik yang di lakukan dalam pengambilan keputusan secara berkelompok atau melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan, sehingga memaksimalkan potensi kelompok dalam mengambil keputusan yang tepat.

Share:

Sabtu, 16 April 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-19 Calon Guru Penggerak


16 April 2022

Pembelajaran pada minggu ke-19 ini telah sampai pada modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan adalah eksplorasi konsep dan ruang kolaborasi.

Berikut ini jurnal refleksi pada minggu ke-19 yang saya susun dengan menggunakan model segitiga refleksi.



Share:

Sabtu, 09 April 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-18 Calon Guru Penggerak

 

09 April 2022

Minggu ini adalah akhir pembelajaran paket modul 2 dan awal pembelajaran paket modul 3. Pengalaman dan perasaan dalam mengikuti pembelajaran minggu ini saya tuangkan dalam jurnal refleksi, yang saya susun menggunakan model DEAL, yaitu sebagai berikut.

  1. Description: Deskripsikan pengalaman yang dialami dengan menceritakan unsur 5W1H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana);
  2. Examination: Analisis pengalaman tersebut dengan membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya;
  3. Articulation of Learning: Jelaskan hal yang dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang.

Description

Minggu ini saya mengikuti pembelajaran tahap akhir pada modul 2.3 Coaching dan awal paket modul 2. Pembelajaran tahap akhir modul 2.3 adalah koneksi antar materi dan aksi nyata, serta tes akhir paket modul 2. Pada alur pembelajaran koneksi antar materi, CGP diminta untuk membuat keterkaitan antara materi Coaching dengan modul lain, seperti Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial dan Emosional, dan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Aksi Nyata modul 2.3 akan dilaksanakan pada Pendampingan Individu ke-4. Sementara pembelajaran tahap awal paket modul 3 dimulai dengan tes awal paket modul 3. Pembelajaran dilanjutkan pada Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, yaitu Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep. Pada alur pembelajaran Mulai dari Diri, CGP diminta berpendapat tentang dilema yang dihadapi ketika mengambil keputusan dan menuliskan pengalaman terkait pengambilan keputusan. Pada alur pembelajaran eksplorasi konsep, saya mempelajari materi berupa teks dan video pembelajaran, menganalisis kasus, dan melakukan wawancara dengan rekan sejawat. Saya sangat antusias, bersemangat, dan termotivasi dalam mengikuti  pembelajaran minggu ini.

Examination

Pembelajaran minggu ini memberikan saya banyak pengalaman. Menghubungkan materi coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, serta filosofi pendidikan KHD membuat saya berpikir kembali dan menyelami pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya. Keterkaitan yang terbentuk membuat pemahaman saya lebih baik dan lebih mantap untuk menerapkan coaching dalam membantu rekan guru atau murid yang menghadapi masalah. Aksi nyata coaching yang belum dilakukan, namun sudah ada gambaran awal seperti apa coaching akan membantu rekan sejawat yang memiliki masalah dalam proses kegiatan pembelajaran. Sementara pada modul 3.1 yang sudah mulai dipelajari, saya mengingat kembali pengalaman dalam mengambil keputusan yang membuat saya mengalami dilema. Ini sebagai pijakan dalam melangkah ke depan, terutama dalam mengambil keputusan yang melibatkan banyak kepentingan.

Articulation of Learning

Eksplorasi konsep merupakan bagian penting dari pembelajaran tiap modul. Pada bagian inilah konsep-konsep inti dan penting disampaikan, baik melalui teks, infografis, maupun video. Penguasaan materi tiap modul adalah bagian penting untuk bisa menerapkannya dalam pembelajaran berikutnya maupun dalam penerapannya dalam aksi nyata. Konsep dan materi modul 3.1 akan lebih didalami dalam ruang kolaborasi, dimana saya bisa berbagi pengalaman dan mendapat inspirasi dari rekan CGP dan fasilitator. Materi dan konsep dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat bermanfaat ketika harus menghadapi situasi dilema dalam pengambilan keputusan, misalnya memilih keputusan dalam dilema etika maupun mengambil keputusan dalam bujukan moral.

Share:

Jumat, 01 April 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-17 Calon Guru Penggerak

 

04 April 2022
Model Jurnal Refleksi yang saya gunakan minggu ini adalah 5M.
Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R. 5M terdiri dari langkah-langkah berikut.

  1. Mendeskripsikan ⟮Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi
  2. Merespon ⟮Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.
  3. Mengaitkan ⟮Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.
  4. Menganalisis ⟮Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.
  5. Merancang ulang ⟮Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
Berikut jurnal refleksi yang saya susun minggu ini.

Minggu ini, saya masih mempelajari Modul 2.3 Coaching. Pembelajaran yang dilaksanakan adalah Refleksi Terbimbing, yaitu memberikan refleksi atas pembelajaran yang telah dilaksanakan, meliputi pemahaman sebelum dan sesudah mempelajari modul, hal yang perlu ditingkatkan, kendala, dan upaya dalam menghadapi kendala. Pada Demonstrasi Kontekstual, saya melakukan praktik coaching bersama rekan sejawat. Untuk memantapkan pemahaman pada materi coaching, CGP mengikuti Elaborasi Pemahaman bersama instruktur. Minggu ini saya juga melaksanakan praktik pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional ⟮PSE).
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran minggu ini, awalnya saya merasa agak tertekan ⟮stress) karena beberapa tagihan tugas mengharuskan berupa video. Saya merancang kegiatan coaching, berlatih bersama guru, dan melakukan perekaman. Sebagai orang yang belum terbiasa di depan kamera, saya merasa canggung ketika direkam. Melihat rekan sejawat yang semangat dan nyaman saat praktik coaching, saya menjadi termotivasi untuk melaksanakan praktik coaching dengan segenap kekuatan saya. Sesi elaborasi pemahaman bersama instruktur memberikan tambahan pemahaman pada praktik coaching yang sangat bermanfaat.

Coaching sangat penting dalam membantu guru dan murid menemukan solusi atas masalah yang mereka dihadapi. Coaching bertumpu pada kemampuan coach untuk bertanya, menggali informasi dari coachee, kemudian mengajak coachee menemukan potensi terbaiknya untuk merumuskan rencana aksi dan menyepakati tanggung jawab. Sesungguhnya hal ini sudah sering saya lakukan, hanya saja selama ini masih lebih didominasi oleh peran guru dalam memberikan tips untuk mengatasi masalah.

Untuk menyelesaikan beberapa tugas dalam modul ini, saya melibatkan siswa dan rekan guru. Dalam pelibatan siswa dan guru ini, kadangkala saya menghadapi masalah sehingga saya perlu orang lain untuk menjadi coach bagi saya. Saya tidak ragu untuk meminta rekan guru lain dalam menemukan solusi atas masalah yang saya hadapi. Di sinilah saya merasakan bagaimana peran menjadi coachee, yaitu mengungkapan masalah yang dihadapi dengan terbuka, menemukan kekuatan diri dalam menghadapi masalah, merumuskan berbagai alternatif solusi dan mengambil prioritas, melibatkan orang lain, dan berkomitmen menjalankan rencana. Pengalaman ini sangat berguna ketika nanti melakukan coaching kepada rekan guru atau murid yang menghadapi masalah. 

Kegiatan yang saya laksanakan minggu ini memang menguras banyak tenaga dan pikiran. Namun, saya bersyukur bisa menyelesaikannya dengan baik. Apabila menghadapi kegiatan yang serupa di masa mendatang, saya akan mempersiapkan diri lebih awal, mengelola kegiatan dengan baik, dan berkomunikasi dengan rekan yang bisa membantu. Kegiatan minggu ini memberikan saya pelajaran bahwa dalam menghadapi masalah, kuncinya adalah komunikasi, yaitu bagaimana mendengarkan dengan aktif, bertanya dengan efektif, dan memberikan umpan balik yang positif.

Share:

Relevansi Coaching pada Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam mendukung Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional

 

Coaching merupakan proses kolaborasi yang fokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee. Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat pada murid. Dengan metode ini, guru dapat mendorong murid untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan berpikir kreatif. Dalam coaching ini ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Dalam proses coaching guru sebagai pamong mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi yang dimiliki murid dengan tidak memberikan solusi akan tetapi mengarahkan mencari solusi.

Hal ini sejalan dengan pemikiran sang Maestro Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana menurutnya pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah perilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat.

Peran Guru sebagai coaching hendaknya tidak mengajarkan atau menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran atau solusi secara langsung. Guru membantu murid untuk belajar dan bertumbuh. Bagaimana caranya? yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan sembarang pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati, dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun murid untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya.

Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra murid untuk melejitkan potensi yang mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi ke dalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar murid, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu murid, dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan murid adalah tanaman dan setiap individu adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik.

Selain itu pendekatan sosial dan emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan. Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, murid akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.

Share:

TOKO ONLINE "POTRET MATEMATIKA"

CHANNEL YOUTUBE

RUBEMA SMP

STATISTIK

Chat Me!

Followers

ADMIN : WAYAN SUBADRE

ADMIN : WAYAN SUBADRE

TUTORIAL SKP DAN DUPAK

TUTORIAL AKUN BELAJAR.ID

Blog Archive

VIDEO DOKUMENTASI

TUTORIAL GOOGLE CLASSROOM

TIPS & TRIK CPNS & PPPK