Seputar Pembelajaran Matematika dan Pemanfaatan IT

Jumat, 22 April 2022

Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

 Nama Fasilitator : I Ketut Latri 

 Nama Pengajar Praktik : I Made Sadia 

 Nama Calon Guru Penggerak : Wayan Subadre 

Dalam menjalankan profesi sebagai pendidik, saya sering berada dalam situasi dilema etika maupun bujukan moral, dan sayapun membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai yang saya yakini dan juga berdasarkan peraturan yang berlaku. Sayapun belum memiliki prinsip yang jelas dan dasar pengetahuan tentang bagaimana keputusan yang baik itu dibuat. Sehingga sayapun sering berkonsultasi dengan teman sejawat dalam pemecahan masalah yang saya hadapi, karena memang saya juga belum merasa percaya diri dan masih ragu dalam mengambil keputusan sendiri.

Setelah mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya menyadari bahwa pengambilan keputusan merupakan tugas paling berat yang diemban sebagai pemimpin pembelajaran, karena keputusan yang dibuat sebagai pemimpin pembelajaran akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap institusi atau dalam hal ini sekolah sebagai institusi moral, dimana guru berperan sebagai teladan yang digugu dan ditiru, dan keputusan tersebut juga berdampak pada murid-murid bahkan mutu pendidikan di sekolah.

Saya juga menyadari perlunya dasar pengetahuan dalam mengambil keputusan yang memiliki etika, prinsip-prinsip pengambilan keputusan, nilai-nilai atau paradigma berpikir, maupun langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga menghasilkan keputusan yang bertanggungjawab dan berpihak pada murid. Saya merasa bersyukur karena dalam modul 3.1 ini saya dapat memahami tentang pengambilan keputusan yang tepat dan menjadi lebih percaya diri dan berani mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan di modul 3.1 ini.

Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.

Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu :

§  Ing ngarso sung tulodo, yang artinya di depan menjadi teladan. Dalam pengambilan keputusan maka seyogyanya seorang guru harus menerapkan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil adalah dapat dijadikan contoh atau teladan bagi murid-murid baik di kelas maupun kehidupan pribadinya. Dengan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam proses pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada murid dalam hal bagaimana mengambil keputusan yang tepat yang tentu saja akan berdampak pada well being murid kita.

§  Ing madya mangun karsa, artinya di tengah membangun semangat. Hal ini seyogyanya keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan semangat bagi murid untuk belajar dan mengembangkan potensi diri.

§  Tut wuri handayani. yang artinya di belakang memberi dukungan dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang di ambil harus memberikan dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan berpegang teguh pada prinsip atau filosofi pratap triloka. Dimana ketiga nilai yaitu sebagai teladan, sebagai motivator, pemberi dukungan yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka akan memberikan dasar yang baik dalam pengambilan keputusan , nilai-nilai tersebut yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, bertanggungjawab dan berpihak pada kepentingan murid.

Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan.

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang akan mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah dan prinsip kita dalam memutuskan sesuatu. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru hendaknya berpegang teguh pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan universal serta nilai tanggungjawab sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan yang menguatkan intuisi dan juga cara pandang kita terhadap masalah sehingga bisa mempertajam analisa terhadap kasus dilema etika maupun bujukan moral yang dialami dan menguatkan paradigma berpikir maupun prinsip berpikir kita sehingga kita berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Kaitan pengambilan keputusan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) dalam proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil.

Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan diambil keputusannya, dimana coach membantu coachee menguraikan masalahnya dengan pertanyaan terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach mengarahkan coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari beragam alternatif pilihan-pilihan solusi atas masalahnya.

Kegiatan terbimbing pada materi pembelajaran, sangat membantu sekali dalam mengarahkan guru pada pengambilan keputusan yang tepat dan guru sebagai coachee dapat menganalisis keputusan yang telah diambil, dengan pertanyaan–pertanyaan yang bisa merangsang metakognisi/berpikir kritis terhadap keputusan sehingga guru sebagai coachee bisa mengeksplorasi potensi diri dan menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid sehingga gurupun dapat mengoptimalkan potensi murid melalui coaching dalam pengambilan keputusan.

Secara umum proses coaching merupakan kegiatan kemitraan antara coach dan coachee yang membantu coachee untuk membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi. Tahap demi tahap proses coaching dari segi tujuan, identifikasi masalah, rencana aksi dan tanggungjawab berisi pertanyaan reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi coachee pada proses pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan coachee pada pengambilan keputusan yang tepat.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

Sebagai seorang pendidik, kemampuan kita dalam melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan belajar murid. Perbedaan kesiapan belajar, minat murid, dan gaya belajar murid di kelas harus menjadi aspek utama dalam perencanaan pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat diakomodasi dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus dalam memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan sehingga dapat mewujudkan kemerdekaan belajar bagi murid.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang bisa berupa nilai kejujuran, loyalitas, keadilan, kepedulian terhadap orang lain, memenuhi janji dan lainnya. Nilai yang ada tersebut akan menentukan prinsip dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam membuat keputusan tentu sering menggunakan lebih dari satu pertimbangan rasional yang didasarkan nilai-nilai etika yang dipahami dan dianutnya.

Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien  sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut seseorang akan menentukan sudut pandang, kecenderungan paradigma dan prinsip yang diambil seseorang dalam membuat keputusan.

Dilema etika adalah situasi dimana terjadi pertentangan batin karena terdapat situasi yang memiliki situasi yang sama benar namun bertentangan. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil merefleksikan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi.

untuk itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru harus memegang teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

4 Paradigma berpikir, yaitu:

§  Individu lawan masyarakat (individual vs community)

§  Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

§  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

§  Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3 Prinsip Berpikir, yaitu:

§  Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

§  Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

§  Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu:

Langkah 1 :  Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Langkah 2 :  Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

Langkah 3 :  Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

Langkah 4 :  Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

1. Uji Legal

2. Uji Regulasi/Standar Profesional

3. Uji Intuisi

4. Uji Halaman Depan Koran

5. Uji Panutan/Idola

Langkah 5 :  Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?

Langkah 6 :  Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai

Langkah 7 :  Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Langkah 8 : Apa keputusan yang akan Anda ambil?

Langkah 9 : Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Dampak pengambilan keputusan yang tepat, pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki konsekuensi positif terhadap institusi atau lembaga dimana kita berada. Pengambilan keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai pemimpin pembelajaran, karena secara langsung atau tidak langsung keputusan kita akan berpengaruh terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau lingkungan tempat kita berada, dan terutama komunitas dimana kita berada atau murid yang mungkin juga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.

Sehingga dalam membuat keputusan kita harus memikirkan konsekuensi keputusan kita, dengan memikirkan terlebih dahulu keputusan kita menggunakan prinsip pengambilan keputusan yang efektif. Karena jika keputusan kita tepat, maka akan terwujud lingkungan yang positif, juga kondusif serta aman dan nyaman, karena keputusan kita menentukan hal tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jika kita salah mengambil keputusan, tentu konsekuensinya juga tidak akan baik dan berpengaruh buruk pada lingkungan dan orang-orang yang terdampak secara langsung maupun tidak langsung dengan keputusan kita.

Kesulitan-kesulitan di lingkungan yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini.

Kesulitan yang terjadi di lingkungan antara lain:

§  Perbedaan cara pandang dan kepentingan dari orang-orang yang berada dalam masalah dan juga sulitnya merubah mindset atau pola pikir orang lain dalam memandang kasus dilema etika. Untuk bisa menghasilkan keputusan yang tepat, tentu kita harus memiliki dasar pengetahuan bagaimana orang orang hebat mengambil keputusan, prinsip ataupun paradigma apa yang digunakan dan juga bagaimana menguji tepat atau tidaknya keputusan kita. Sehingga kita bisa memastikan apakah keputusan itu tepat tidak. Kesulitannya adalah merubah cara pandang mengenai prinsip pengambilan keputusan ini,sehingga bisa searah dalam pengambilan keputusan.

§  Nilai dan budaya masyarakat yang ada di lingkungan, kesulitannya adalah bagaimana mengakomodasi nilai budaya di lingkungan dalam keputusan yang di ambil sehingga bisa menghasilkan keputusan yang tentunya tepat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral umum.

§  Paradigma berpikir setiap orang yang berbeda dan begitu juga dengan skala prioritas sehingga sulit bagi kita juga dalam mengambil keputusan yang bisa dipahami dan diterima semua orang.

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita.

Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran tentunya harus memerdekakan murid-murid kita. Keputusan seorang guru dalam proses pembelajaran hendaknya dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang bisa mengarahkan murid pada pengembangan potensi murid, kebebasan berpendapat dan kebebasan mengekspresikan diri sendiri dalam proses pembelajaran sehingga mereka mendapatkan kemerdekaan belajarnya.

Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya.

Kita sudah mengetahui bahwa salah satu tugas terberat sebagai pemimpin pembelajaran adalah mengambil keputusan yang tepat, karena kita sadar bahwa keputusan yang kita ambil akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung kepada sekolah atau institusi dimana kita berada terutama kepada murid kita. Kita juga harus memahami bahwa keputusan yang kita ambil memiliki konsekuensi apalagi keputusan kita yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran. Ketika kita mengambil keputusan yang berpihak pada murid maka murid kita akan belajar menjadi orang yang merdeka dan juga bisa mengambil keputusan yang tepat kelak dan tumbuh menjadi pribadi yang matang dan cermat dalam mengambil keputusan.

Saya teringat kasus dilemma etika yang disajikan pada eksplorasi konsep modul 3.1, dimana seorang murid mencontek di ujian hanya untuk bisa lulus pada mata pelajaran yang tidak dia mengerti, sebuah dilema seorang guru apakah memberitahukan hal ini dengan resiko anak tidak lulus ujian ataupun merahasiakannya demi masa depan anak tersebut. Nah disini saya bisa merefleksikan pengambilan keputusan guru pada situas ini dapat mempengaruhi masa depan murid. Selain prinsip kejujuran yang kita yakini dan aturan yang kita ikuti, ada perspektif lain yang kita harus sadari yaitu unsur keberpihakan pada murid kita atau kemaslahatan murid.

Dimana dalam situasi dilema etika dimana kita harus membuat keputusan, maka 4 paradigma pengambilan keputusan menjadi hal utama yang dipegang, dimana sebagai mahluk sosial yang hidup dengan nilai dan peraturan yang berlaku, maka terkadang adalah hal yang benar untuk mengikuti aturan namun juga terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan benar. Pilihan untuk memegang aturan dapat dibuat berdasarkan rasa keadilan, namun pilihan untuk membengkokkan aturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan atau kebaikan kepada murid. Prinsip berpikir inilah yang menjadi penting bagi pemimpin pembelajaran dalam membuat keputusan demi masa depan murid. Dengan menganalisis kasus yang kita alami atau situasi yang kita alami sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah terutama yang berdampak kepada murid, maka kita harus memegang 4 paradigma dilema etika sehingga kita bisa mengambil keputusan yang tepat demi masa depan murid.

Kesimpulan materi modul dan keterkaitannya materi modul 3.1 dengan modul-modul sebelumnya.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu menerapkan Prinsip Pratap Triloka dari Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai penuntun, guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai yang berpihak pada murid dengan berpedoman pada nilai-nilai moral, religiusitas dan nilai kebajikan universal serta bertanggungjawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.

Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga kejelasan visi, misi sekolah, budaya dan nilai-nilai sebagai acuan pengambilan keputusan di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Guru juga harus mengedepankan kemerdekaan belajar murid dengan mengarahkan murid pada proses penggalian dan pengembangan potensi murid melalui proses coaching sehingga murid dapat mengambil keputusan yang tepat dan hal ini akan memudahkan murid dalam menentukan masa depannya kelak.

Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill). Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada dalam situasi dilema etika maupun bujukan moral, kita menggunakan prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipertanggungjawabkan dan juga bermanfaat. Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil keputusan strategi diferensiasi yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan murid pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses coaching sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.

Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat paradigma pengambilan keputusan, tiga prinsip resolusi berpikir dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Untuk itu, proses berlatih dalam menerapkan kemampuan pengambilan keputusan ini menggunakan empat paradigma, tiga prinsip dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan harus laksanakan sebagai aksi nyata yang langsung diterapkan dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah.

Share:

2 komentar:

  1. keren pak wayan koneksi antar materinya sudah dikaitkan dengan Triloka pendidikan KHD.

    BalasHapus

TOKO ONLINE "POTRET MATEMATIKA"

CHANNEL YOUTUBE

RUBEMA SMP

STATISTIK

Chat Me!

Followers

ADMIN : WAYAN SUBADRE

ADMIN : WAYAN SUBADRE

TUTORIAL SKP DAN DUPAK

TUTORIAL AKUN BELAJAR.ID

Blog Archive

VIDEO DOKUMENTASI

TUTORIAL GOOGLE CLASSROOM

TIPS & TRIK CPNS & PPPK