Seputar Pembelajaran Matematika dan Pemanfaatan IT

Selasa, 15 Maret 2022

Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional

Visi Guru Penggerak sesuai dengan nilai dan peran yang ingin dicapai yaitu Mewujuydkan Siswa Berkarakter Positif Sesuai Dengan Profil Pelajar Pancasila, hal tersebut dapat diwujudkan melalui budaya positif dalam ekosistem sekolah yang memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid hingga tercapai merdeka belajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan praktek pebelajaran yang berhamba pada anak melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional (PSE).

Pendidikan bukan hanya proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan namun bagaimana seorang guru dapat menuntun anak menemukan kodrat jati diri, karakter dan budi pekerti. Untuk dapat menumbuhkan hal ini anak-anak harus di latih dengan berbagai kegiatan, mereka terbiasa melakukan ketrampilan-ketrampilan yang mereka butuhkan agar dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan menemukan solusi untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi, dan tentu saja proses ini akan mengajarkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana dan berbudi pekerti luhur. Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Sebagai seorang guru, kita dihadapkan dengan beragam masalah, baik itu masalah dari murid, rekan kerja, orang tua, atasan, atau pun masalah yang timbul dari banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat guru menjadi tertekan. Keadaan seperti ini tentunya akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol emosi menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam berkesadaran penuh, seorang guru dapat mengelola konflik, mengelola stress, mengetahui cara berinteraksi dengan orang lain, mengetahui cara untuk memahami diri sendiri, merasakan dan mengenali pikiran, perasaan dan lingkungannya. Dengan memahami emosi diri maka akan membantu kita untuk dapat merespon terhadap kondisi yang sedang dialami secara tepat, merespon secara lebih baik. Hal ini tidak hanya akan berdampak pada wellbeing diri tetapi dapat juga membantu menjadi role model  bagi murid-muridnya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda jenisnya. Misalkan untuk merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan merawat benih padi. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah. Begitu juga kita sebagai guru harus jeli dalam melihat keberagaman kebutuhan siswa, ada yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan, pendengaran, atau kinestetik. Semua harus kita akomodir dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran berdiferensiasi yag dilakukan oleh seorang guru menjadi jawaban atas kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam dan zamannya. Pembelajaran berdiferensiasi akan memenuhi setiap kebutuhan masing-masing murid dengan memperhatikan faktor kesiapan murid, minat/bakat, dan gaya belajar murid.

Dalam proses pembelajaran hendaknya guru juga memasukan pembelajaran sosial-emosional. Apakah pembelajaran sosial-emosianal itu? Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik. Tidak bisa dipungkiri dalam melaksanakan tugas sebagai guru, pasti banyak masalah yang kita hadapi. Baik itu masalah dari murid, rekan kerja, orang tua, atasan, atau pun masalah yang timbul dari banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat stress atau tertekan.Keadaan seperti ini tentunya akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol emosi menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah. Guru mendidik hati dan jiwa si anak untuk menjadi lebih baik dan nyaman dalam menerima pembelajaran yang diberikan guru, serta merasa terlindungi oleh guru dalam lingkungan pembelajaran maupun lingkungan sekolah.

Kompetensi sosial-emosional adalah  :

1.    Kesadaran Diri – Pengenalan Emosi

2.    Pengelolaan Diri – Mengelola Emosi dan Fokus

3.    Kesadaran Sosial – Keterampilan Berempati

4.    Keterampilan Berhubungan Sosial – Daya Lenting

5.    Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab

Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional

1.    Memberikan Pemahaman ,penghayatan dan Kemampuan untuk mengoelola emosi

2.    Menetapkan dan mencapai tujuan positif

3.    Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain

4.    Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif

5.    Membuat keputusan yang bertanggung jawab ( Responsible Decision Making )

Bagaimana Penerapannya ?

  1. Rutin (diluar waktu belajar sekolah). Waktu khusus di luar kegiatan akademik, misalnya kegiatan ektrakurikuler, perayaan hari-hari besar, pelatihan dan sebagainya.
  2. Terintegrasi dalam pembelajaran. Misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran.
  3. Protokol (sesuai dengan budaya atau aturan sekolah). Menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.

Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)  dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE)  secara spesifik dan eksplisit, Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid, Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid, dan Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.

Untuk dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, seorang guru harus menjalankan peran serta  memiliki nilai kemandirian, reflektif, kolaboratif, dan inovatif serta berpihak pada murid. Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dimana seorang guru mampu memetakan pembelajaran berdasarkan kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam dan zamannya. Mengoptimalkan kekuatan dan potensi untuk menerapkan Budaya Positif disekolah  merupakan strategi efektif dalam membentuk nilai-nilai karakter anak. Jika Pembelajaran sosial dan emosional ini menjadi budaya positif di sekolah maka akan lebih mudah diterapkan karena menjadi sebuah budaya yang menjadi komitmen bersama dalam membangun generasi bangsa cerdas dan berkarakter  mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

TOKO ONLINE "POTRET MATEMATIKA"

CHANNEL YOUTUBE

RUBEMA SMP

STATISTIK

Chat Me!

Followers

ADMIN : WAYAN SUBADRE

ADMIN : WAYAN SUBADRE

TUTORIAL SKP DAN DUPAK

TUTORIAL AKUN BELAJAR.ID

Blog Archive

VIDEO DOKUMENTASI

TUTORIAL GOOGLE CLASSROOM

TIPS & TRIK CPNS & PPPK