Seputar Pembelajaran Matematika dan Pemanfaatan IT

Sabtu, 06 November 2021

Jurnal Refleksi Minggu Ke-3 Calon Guru Penggerak

 


6 November 2021

Pada minggu ketiga ini, saya membuat Jurnal Refleksi dengan menggunakan Model Enam Topi (Six Thinking Hats). Model Six Thinking Hats diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985.

Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam. Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah:


  1. Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini.
  2. Topi merah: gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok.
  3. Topi kuning: tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut.
  4. Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas.
  5. Topi hijau: jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut.
  6. Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jurnal Refleksi Minggu Ketiga Calon Guru Penggerak yang saya susun adalah sebagai berikut.

Pada minggu ini masih melanjutkan membahas tentang refleksi pemikiran KI Hadjar Dewantara yaitu kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hadjar Dewantara serta aksi nyata yang telah dilakukan. Beberapa aksi nyata penerapan filosofi Ki Hadjar Dewantara telah saya lakukan yaitu 1) Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung proses berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa; 2) Memfasilitasi sarana belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukan eksplorasi kemampuan secara maksimal; dan 3) Bermain sambil belajar. Setelah aksi nyata telah dilakukan, selanjutnya beralih ke topik nilai dan peran guru penggerak. Pada topik ini, saya mempelajari teori tentang nilai dan peran guru penggerak serta membuat trapesium usia yang dikaitkan dengan nilai dan peran guru penggerak.

Dalam melakukan beberapa aksi nyata penerapan filosofi Ki Hadjar Dewantara, bermain sambil belajar yang saya berikan kepada murid saya menyadarkan saya bahwa anak-anak lebih menikmati kegiatan tersebut sehingga mereka merasa tidak terbebani mengikuti pembelajaran. Saya sangat menikmati proses pembelajaran yang sedang saya berikan tersebut. Setelah aksi nyata telah dilakukan, selanjutnya beralih ke topik nilai dan peran guru penggerak. Nilai dan peran guru penggerak serta membuat trapesium usia membuat saya menjadi tahu bahwa betapa pentingnya memberikan murid pembelajaran yang bermakna positif sehingga sampai kapanpun akan selalu diingat dan menjadi inspirasi dalam menjalani kehidupan ini.
Hal positif yang telah saya pelajari dari topik minggu ini yaitu :

Berdasarkan filosofi pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, kita harus memandang siswa kita sebagai individu yang berbeda dan unik. Setiap siswa punya gaya belajar dan potensinya masing-masing, sehingga kita sebagai guru harus melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kondrat anak tersebut. Artinya dalam melaksanakan pembelajaran guru harus selalu memperhatikan perbedaan individu dan juga melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Nilai Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, dan Berpihak pada Murid menjadi nilai yang harus saya miliki untuk dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Disamping itu, kompetensi guru penggerak yaitu mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, dan memimpin pengembangan sekolah merupakan 4 kompetensi yang harus dimiliki dalam menunjang 5 peran guru penggerak dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Untuk melaksanakan aksi nyata penerapan filosofi Ki Hadjar Dewantara, diperlukan perencanaan dan inovasi dalam merancang kegiatan pembelajaran yang menerapkan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Tidak hanya itu, dukungan dari seluruh aspek juga sangat menentukan. Yang menjadi kendala saya dalam menerapkan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah ketersediaan fasilitas sarana pembelajaran yang sangat minim di sekolah saya. Namun saya tidak menjadikan kekurangan tersebut sebagai hambatan dalam menerapkan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Karena banyak hal yang bisa kita lakukan dengan memanfaatkan apa yang ada.
Setelah melaksanakan aksi nyata penerapan filosofi Ki Hadjar Dewantara, saya menjadi memiliki konsep desain pembelajaran yang lebih menarik bagi murid saya untuk saya berikan pada pembelajaran berikutnya. Melalui penerapan nilai dan kompetensi guru penggerak yang telah saya pelajari dan saya miliki membuat saya merasa siap untuk menerapkannya dalam mewujudkan profil pelajar pancasila.
Setelah melakukan aksi nyata, mempelajari tentang nilai dan peran guru penggerak, serta menghadapi tantangan dan kendala, saya merefleksi diri untuk menemukan apa yang akan saya lakukan selanjutnya. Adapun langkah yang saya ambil adalah menanamkan nilai dan peran guru penggerak pada diri saya sehingga dengan nilai dan peran seorang guru penggerak saya dapat mewujudkan profil pelajar pancasila.
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

TOKO ONLINE "POTRET MATEMATIKA"

CHANNEL YOUTUBE

RUBEMA SMP

STATISTIK

Chat Me!

Followers

ADMIN : WAYAN SUBADRE

ADMIN : WAYAN SUBADRE

TUTORIAL SKP DAN DUPAK

TUTORIAL AKUN BELAJAR.ID

Blog Archive

VIDEO DOKUMENTASI

TUTORIAL GOOGLE CLASSROOM

TIPS & TRIK CPNS & PPPK