Nama Fasilitator : I Ketut Latri
Nama Pengajar Praktik : I Made Sadia
Nama Calon Guru Penggerak : Wayan Subadre
Dalam menjalankan profesi sebagai pendidik, saya sering berada dalam
situasi dilema etika maupun bujukan moral, dan sayapun membuat keputusan
berdasarkan nilai-nilai yang saya yakini dan juga berdasarkan peraturan yang
berlaku. Sayapun belum memiliki prinsip yang jelas dan dasar pengetahuan
tentang bagaimana keputusan yang baik itu dibuat. Sehingga sayapun sering
berkonsultasi dengan teman sejawat dalam pemecahan masalah yang saya hadapi,
karena memang saya juga belum merasa percaya diri dan masih ragu dalam mengambil
keputusan sendiri.
Setelah mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai
Pemimpin Pembelajaran, saya menyadari bahwa pengambilan keputusan merupakan
tugas paling berat yang diemban sebagai pemimpin pembelajaran, karena keputusan
yang dibuat sebagai pemimpin pembelajaran akan berdampak secara langsung maupun
tidak langsung terhadap institusi atau dalam hal ini sekolah sebagai institusi
moral, dimana guru berperan sebagai teladan yang digugu dan ditiru, dan
keputusan tersebut juga berdampak pada murid-murid bahkan mutu pendidikan di
sekolah.
Saya juga menyadari perlunya dasar pengetahuan dalam mengambil keputusan
yang memiliki etika, prinsip-prinsip pengambilan keputusan, nilai-nilai atau
paradigma berpikir, maupun langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan,
sehingga menghasilkan keputusan yang bertanggungjawab dan berpihak pada murid. Saya
merasa bersyukur karena dalam modul 3.1 ini saya dapat memahami tentang
pengambilan keputusan yang tepat dan menjadi lebih percaya diri dan berani
mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan di modul 3.1
ini.
Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka
memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai
seorang pemimpin pembelajaran diambil.
Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah
filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu :
§ Ing ngarso sung tulodo, yang artinya di depan menjadi teladan. Dalam
pengambilan keputusan maka seyogyanya seorang guru harus menerapkan prinsip dan
paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil
adalah dapat dijadikan contoh atau teladan bagi murid-murid baik di kelas
maupun kehidupan pribadinya. Dengan pengambilan keputusan yang tepat terutama
dalam proses pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan keteladanan
kepada murid dalam hal bagaimana mengambil keputusan yang tepat yang tentu saja
akan berdampak pada well being murid kita.
§ Ing madya mangun karsa, artinya di tengah membangun semangat. Hal ini
seyogyanya keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan
semangat bagi murid untuk belajar dan mengembangkan potensi diri.
§ Tut wuri handayani. yang artinya di belakang memberi dukungan dalam
penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang di ambil harus memberikan
dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya
menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan berpegang
teguh pada prinsip atau filosofi pratap triloka. Dimana ketiga nilai yaitu
sebagai teladan, sebagai motivator, pemberi dukungan yang sejatinya harus
dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka akan memberikan dasar yang
baik dalam pengambilan keputusan , nilai-nilai tersebut yang ada dalam pemimpin
pembelajaran akan mampu menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat,
bertanggungjawab dan berpihak pada kepentingan murid.
Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita terhadap
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan.
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang akan mendasari pemikiran seseorang
dalam mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara
pandang terhadap situasi atau masalah dan prinsip kita dalam memutuskan
sesuatu. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru hendaknya berpegang teguh
pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral
kebajikan universal serta nilai tanggungjawab sehingga dapat menghasilkan
keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan
yang menguatkan intuisi dan juga cara pandang kita terhadap masalah sehingga
bisa mempertajam analisa terhadap kasus dilema etika maupun bujukan moral yang
dialami dan menguatkan paradigma berpikir maupun prinsip berpikir kita sehingga
kita berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan yang bisa
dipertanggungjawabkan.
Kaitan pengambilan keputusan dengan kegiatan ‘coaching’
(bimbingan) dalam proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil.
Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan diambil
keputusannya, dimana coach membantu coachee menguraikan
masalahnya dengan pertanyaan terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee
juga menganalisis dan mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar
masalahnya, dan coach mengarahkan coachee untuk menemukan dan
membuat daftar dari beragam alternatif pilihan-pilihan solusi atas masalahnya.
Kegiatan terbimbing pada materi pembelajaran, sangat membantu sekali dalam
mengarahkan guru pada pengambilan keputusan yang tepat dan guru sebagai coachee
dapat menganalisis keputusan yang telah diambil, dengan pertanyaan–pertanyaan
yang bisa merangsang metakognisi/berpikir kritis terhadap keputusan sehingga
guru sebagai coachee bisa mengeksplorasi potensi diri dan menghasilkan
keputusan yang berpihak pada murid sehingga gurupun dapat mengoptimalkan
potensi murid melalui coaching dalam pengambilan keputusan.
Secara umum proses coaching merupakan kegiatan kemitraan antara coach
dan coachee yang membantu coachee untuk membuat keputusan yang
tepat terhadap masalah yang dihadapi. Tahap demi tahap proses coaching
dari segi tujuan, identifikasi masalah, rencana aksi dan tanggungjawab berisi
pertanyaan reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi coachee
pada proses pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan coachee
pada pengambilan keputusan yang tepat.
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Sebagai seorang pendidik, kemampuan kita dalam melakukan pemetaan
kebutuhan belajar murid sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan belajar murid.
Perbedaan kesiapan belajar, minat murid, dan gaya belajar murid di kelas harus
menjadi aspek utama dalam perencanaan pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran
murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar
mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat
agar seluruh kepentingan murid dapat diakomodasi dengan baik. Kompetensi sosial
dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus dalam memberikan pembelajaran
dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan sehingga dapat mewujudkan kemerdekaan
belajar bagi murid.
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang bisa berupa nilai kejujuran,
loyalitas, keadilan, kepedulian terhadap orang lain, memenuhi janji dan
lainnya. Nilai yang ada tersebut akan menentukan prinsip dalam pengambilan
keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam membuat keputusan tentu
sering menggunakan lebih dari satu pertimbangan rasional yang didasarkan
nilai-nilai etika yang dipahami dan dianutnya.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara
bertindak dengan metode yang efisien
sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut
seseorang akan menentukan sudut pandang, kecenderungan paradigma dan prinsip
yang diambil seseorang dalam membuat keputusan.
Dilema etika adalah situasi dimana terjadi pertentangan batin karena
terdapat situasi yang memiliki situasi yang sama benar namun bertentangan. Etika
berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil
merefleksikan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi.
untuk itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru harus memegang
teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
4 Paradigma berpikir, yaitu:
§ Individu lawan masyarakat (individual vs community)
§ Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
§ Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
§ Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs
long term)
3 Prinsip Berpikir, yaitu:
§ Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
§ Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
§ Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu:
Langkah 1 : Apa nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam studi kasus tersebut?
Langkah 2 : Siapa yang terlibat dalam
situasi tersebut ?
Langkah 3 : Apa fakta-fakta yang relevan
dengan situasi tersebut ?
Langkah 4 : Mari kita lakukan pengujian
benar atau salah terhadap situasi tersebut.
1. Uji Legal
2. Uji Regulasi/Standar Profesional
3. Uji Intuisi
4. Uji Halaman Depan Koran
5. Uji Panutan/Idola
Langkah 5 : Jika situasinya adalah
situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
Langkah 6 : Dari 3 prinsip penyelesaian
dilema, prinsip mana yang akan dipakai
Langkah 7 : Apakah ada sebuah
penyelesaian yang kreatif dan tidak
terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi
Trilemma)?
Langkah 8 : Apa keputusan yang akan Anda ambil?
Langkah 9 : Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.
Dampak pengambilan keputusan yang tepat, pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki konsekuensi positif
terhadap institusi atau lembaga dimana kita berada. Pengambilan keputusan
adalah bagian terberat dari tugas sebagai pemimpin pembelajaran, karena secara
langsung atau tidak langsung keputusan kita akan berpengaruh terhadap institusi
yaitu dalam hal ini sekolah atau lingkungan tempat kita berada, dan terutama
komunitas dimana kita berada atau murid yang mungkin juga berpengaruh terhadap
kualitas pendidikan.
Sehingga dalam membuat keputusan kita harus memikirkan konsekuensi
keputusan kita, dengan memikirkan terlebih dahulu keputusan kita menggunakan
prinsip pengambilan keputusan yang efektif. Karena jika keputusan kita tepat,
maka akan terwujud lingkungan yang positif, juga kondusif serta aman dan
nyaman, karena keputusan kita menentukan hal tersebut dan begitu juga
sebaliknya. Jika kita salah mengambil keputusan, tentu konsekuensinya juga
tidak akan baik dan berpengaruh buruk pada lingkungan dan orang-orang yang
terdampak secara langsung maupun tidak langsung dengan keputusan kita.
Kesulitan-kesulitan di lingkungan yang sulit dilaksanakan
untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini.
Kesulitan yang terjadi di lingkungan antara lain:
§ Perbedaan cara pandang dan kepentingan dari orang-orang
yang berada dalam masalah dan juga sulitnya merubah mindset atau pola pikir
orang lain dalam memandang kasus dilema etika. Untuk bisa menghasilkan
keputusan yang tepat, tentu kita harus memiliki dasar pengetahuan bagaimana orang
orang hebat mengambil keputusan, prinsip ataupun paradigma apa yang digunakan
dan juga bagaimana menguji tepat atau tidaknya keputusan kita. Sehingga kita
bisa memastikan apakah keputusan itu tepat tidak. Kesulitannya adalah merubah
cara pandang mengenai prinsip pengambilan keputusan ini,sehingga bisa searah
dalam pengambilan keputusan.
§ Nilai dan budaya masyarakat yang ada di lingkungan,
kesulitannya adalah bagaimana mengakomodasi nilai budaya di lingkungan dalam
keputusan yang di ambil sehingga bisa menghasilkan keputusan yang tentunya
tepat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral umum.
§ Paradigma berpikir setiap orang yang berbeda dan begitu
juga dengan skala prioritas sehingga sulit bagi kita juga dalam mengambil
keputusan yang bisa dipahami dan diterima semua orang.
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita.
Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran tentunya harus
memerdekakan murid-murid kita. Keputusan seorang guru dalam proses pembelajaran
hendaknya dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang bisa mengarahkan murid
pada pengembangan potensi murid, kebebasan berpendapat dan kebebasan
mengekspresikan diri sendiri dalam proses pembelajaran sehingga mereka
mendapatkan kemerdekaan belajarnya.
Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya.
Kita sudah mengetahui bahwa salah satu tugas terberat sebagai pemimpin
pembelajaran adalah mengambil keputusan yang tepat, karena kita sadar bahwa
keputusan yang kita ambil akan berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung kepada sekolah atau institusi dimana kita berada terutama kepada murid
kita. Kita juga harus memahami bahwa keputusan yang kita ambil memiliki
konsekuensi apalagi keputusan kita yang kita ambil sebagai pemimpin
pembelajaran. Ketika kita mengambil keputusan yang berpihak pada murid maka
murid kita akan belajar menjadi orang yang merdeka dan juga bisa mengambil
keputusan yang tepat kelak dan tumbuh menjadi pribadi yang matang dan cermat
dalam mengambil keputusan.
Saya teringat kasus dilemma etika yang disajikan pada eksplorasi konsep
modul 3.1, dimana seorang murid mencontek di ujian hanya untuk bisa lulus pada
mata pelajaran yang tidak dia mengerti, sebuah dilema seorang guru apakah
memberitahukan hal ini dengan resiko anak tidak lulus ujian ataupun
merahasiakannya demi masa depan anak tersebut. Nah disini saya bisa
merefleksikan pengambilan keputusan guru pada situas ini dapat mempengaruhi
masa depan murid. Selain prinsip kejujuran yang kita yakini dan aturan yang
kita ikuti, ada perspektif lain yang kita harus sadari yaitu unsur keberpihakan
pada murid kita atau kemaslahatan murid.
Dimana dalam situasi dilema etika dimana kita harus membuat keputusan,
maka 4 paradigma pengambilan keputusan menjadi hal utama yang dipegang, dimana
sebagai mahluk sosial yang hidup dengan nilai dan peraturan yang berlaku, maka
terkadang adalah hal yang benar untuk mengikuti aturan namun juga terkadang
membuat pengecualian juga merupakan tindakan benar. Pilihan untuk memegang
aturan dapat dibuat berdasarkan rasa keadilan, namun pilihan untuk
membengkokkan aturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan atau kebaikan kepada
murid. Prinsip berpikir inilah yang menjadi penting bagi pemimpin pembelajaran
dalam membuat keputusan demi masa depan murid. Dengan menganalisis kasus yang
kita alami atau situasi yang kita alami sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah
terutama yang berdampak kepada murid, maka kita harus memegang 4 paradigma dilema
etika sehingga kita bisa mengambil keputusan yang tepat demi masa depan murid.
Kesimpulan materi modul dan keterkaitannya materi modul 3.1
dengan modul-modul sebelumnya.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu menerapkan Prinsip Pratap
Triloka dari Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing
madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai
penuntun, guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa
nilai yang berpihak pada murid dengan berpedoman pada nilai-nilai moral,
religiusitas dan nilai kebajikan universal serta bertanggungjawab. Nilai
seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada
murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.
Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga kejelasan visi, misi sekolah,
budaya dan nilai-nilai sebagai acuan pengambilan keputusan di sekolah sebagai
pemimpin pembelajaran. Guru juga harus mengedepankan kemerdekaan belajar murid
dengan mengarahkan murid pada proses penggalian dan pengembangan potensi murid
melalui proses coaching sehingga murid dapat mengambil keputusan yang tepat dan
hal ini akan memudahkan murid dalam menentukan masa depannya kelak.
Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan
mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi
kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management),
kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan berhubungan sosial
(relationship skill). Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita
berada dalam situasi dilema etika maupun bujukan moral, kita menggunakan
prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar
dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun
dapat dipertanggungjawabkan dan juga bermanfaat. Selain itu, pembelajaran di
kelas dengan mengambil keputusan strategi diferensiasi yang sesuai kebutuhan
belajar murid akan mampu mengarahkan murid pada proses pengembangan potensi
mereka dan juga melalui proses coaching sehingga mereka dapat mencapai
kemerdekaan belajarnya.
Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan prinsip atau dasar
pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat paradigma pengambilan
keputusan, tiga prinsip resolusi berpikir dan sembilan langkah pengambilan dan
pengujian keputusan. Untuk itu, proses berlatih dalam menerapkan kemampuan
pengambilan keputusan ini menggunakan empat paradigma, tiga prinsip dan sembilan
langkah pengambilan dan pengujian keputusan harus laksanakan sebagai aksi nyata
yang langsung diterapkan dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah.